Izinkan aku bahagia untuk terakhir kalinya:)
"Kamu maju, anak sialan ini bakal mati." Riska masih menodongkan senjata tajam ke arah kepala Vega.
Yang dirasakan Vega kini hanyalah ketakutan, Bundanya benar-benar nekat berbuat seperti ini. Tubuhnya bergetar serta isakan kecil terus keluar dari bibir Vega.
Bahkan untuk bergerak saja Vega sangat takut. Tapi bukannya ini lebih baik jika ia mengakhiri segalanya?"Riska sadar. Dia anak kamu," ucap Reno berusaha tenang, walaupun dalam hati ia sangat takut jika isterinya melakukan hal-hal yang di luar dugaan.
"SEKALI LAGI MAS BILANG INI ANAKKU, AKU BAKALAN BUNUH DIA SEKARANG!" teriak Riska penuh emosi.
Tanpa sepatah kata Riska langsung menggeret Vega untuk masuk ke dalam mobil. Vega memberontak keras hingga lengannya tak sengaja terkena pisau lipat milik Riska. Penolakan Vega yang seperti itu berhasil membuat Riska naik pitam. Wanita itu lantas menjambak Vega dengan kuat hingga membuat gadis itu menangis.
Plakk
Plakk
Plakk
Plakk
Sudut bibir Vega robek karena Riska menamparnya sebanyak empat kali. Semua rasa menjadi satu, tak lupa rasa sakit di dalam hatinya semakin menganga lebar. Vega tidak percaya jika Riska akan se brutal ini kepadanya. Hari ini, Vega baru mengetahui sisi kejam dari Riska Andini, bunda yang sangat ia sayangi walaupun wanita itu tak peduli.
"RISKA, JANGAN KASAR!" bentak Reno tetapi pria itu masih diam di tempat karena ia tidak cukup bodoh dengan ancaman Riska yang tidak main-main.
Sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil Riska, Vega menyempatkan untuk tersenyum kecil ke arah Reno. Vega tidak tahu, apakah ini senyum terakhirnya atau masih akan ada senyum lain di hari kemudian.
Riska langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. Bahkan Vega saja takut dibuatnya, jalanan ramai tapi Riska tidak mempedulikan kondisi itu. Vega ikhlas jika nanti Riska akan membunuhnya di tempat sepi, Vega juga ikhlas jika nanti mayatnya tidak ditemukan. Satu hal, Vega akan lakukan apapun asal orang yang berarti dalam hidupnya bahagia sekalipun itu berkaitan dengan nyawa.
Kebahagiaan mereka adalah hal terpenting. Tidak ada artinya jika ia hidup bahagia tetapi orang di sekelilingnya tidak bahagia. Sekarang, semua akan ia serahkan kepada Tuhan. Vega benar-benar pasrah dan ikhlas.
Di sisi lain, Reno bergerak gelisah. Ia paham betul dengan sifat Riska, itupun juga karena penyakit depresi yang diderita isterinya.
Satu nama terlintas di otaknya. Reno bergegas menghubungi seseorang untuk membantunya, karena ia akan menelepon polisi sebentar lagi.
"Hallo, Arkan. Tolong saya, Vega berada dalam bahaya karena isteri saya membawanya kabur dengan mobil. Tolong bantu saya karena saat ini saya sangat khawatir dengan Vega. Saya tidak bisa mengejar mereka karena harus ke kantor polisi sekarang," ujar Reno saat Arkan baru saja mengangkat telponnya.
******
"Bunda, pelan-pelan. Nanti kita bisa kecelakaan," cicit Vega pelan.
Riska menjambak rambut Vega lagi. Sungguh, tidak ada rasa simpati kepada penampilan Vega yang sangat berantakan. Lebam di mana-mana dan jangan lupakan bekas tamparan yang masih tercetak jelas di pipi Vega.
"Sakit, Bun ..." lirihnya.
"SAKIT KAMU BILANG?! HATI SAYA SAKIT SAAT LIHAT KAMU! HARUSNYA KAMU ITU MATI!"

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...