CHAPTER 3 | KEPALA BATU

1.5K 186 115
                                    

Dugggg....

"Awhhhh..." rintihnya sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.

"Yaampun, Clara, lo nggak papa?" tanya Adara yang mulai panik karena kepala Clara terbentur bola basket dengan sangat kerasnya.

"Nggak papa, Dar, cuma pusing aja," balas Clara.

Bara, tim lawan dari Arvan segera berlari menghampiri Clara yang terlihat kesakitan.
Calvin, Arvan, Iqbal, dan tim lainnya pun segera menghampiri Clara juga.

"Ra, lo nggak papa? Sakit banget ya? Gue bawa lo ke UKS ya," ujar Bara yang terlihat sangat khawatir dengan kondisi Clara.

"Gue nggak papa,"

"Sorry, gue nggak sengaja," ujar Arvan menyesal.

Adara segera berdiri dan menatap tajam ke arah Arvan, "Enak banget lo cuma bilang sorry, lo kira dengan kata sorry lo itu bisa langsung nyembuhin kepala temen gue?!"

"Gue kan bilang gak sengaja dan gue udah minta maaf. So, kurang apalagi?" ujar Arvan.

"Tanggung jawab lah! Dimana harga diri lo sebagai seorang cowok. Berani melakukan tapi nggak mau tanggung jawab!"

"Gue gak ngehamilin dia. Ngapain gue tanggung jawab?" ujar Arvan yang langsung mendapat tatapan tajam dari Clara dan Adara, juga teman satu tim basketnya yang lain.

"Sinting ya lo!!!" kesal Adara.

"Dar, udah. Gak usah ditanggepin. Gue kan udah bilang kalo dia itu gila," ucap Clara yang masih memegangi kepalanya.

"Gue minta maaf atas kelakuan temen gue. Lo bisa istirahat dk UKS sekarang. Untuk izin ke guru, biar gue yang urus." ujar Calvin mulai menengahi perdebatan mereka.

"Kalau lo ngerasa gak kuat, lo juga bisa pulang. Gue yang izinin," lanjut Calvin memberikan tawaran kepada Clara.

Mata Clara berbinar setelah mendengar tawaran terakhir dari Calvin. Clara memang sangat malas jika sekolah, ia sekolah hanya untuk memenuhi absennya, bukan untuk belajar seperti anak-anak pada umumnya.

"Aduhhh, kayanya gue gak kuat deh. Gue perlu istirahat di rumah," ujar Clara mulai membuat dramanya dengan tetap memegangi kepalanya.

"Alesan lo!" sindir Arvan.

"Gue anterin ya, Ra," tawar Bara.

"Gue bisa pulang sendiri kok. Cal, lo jadi izinin gue ke guru kan?" tanya Clara yang kini menatap ke arah Calvin.

Calvin menganggukkan kepalanya, "Gue tau di kelas lo ada ujian kimia hari ini. Kalo lo mau pulang, gue bisa izinin, tapi tentang ujian lo, itu urusan lo."

Clara mendelik, lalu beralih menatap Adara, "Ada ujian, Dar?" tanyanya.

Adara mengangguk, "Iya, nanti ujian di jam ke 5,"

Clara menepuk jidatnya. "Gak usah deh, Cal, makasih. Gue ikut ujian aja,"

"Nah gitu. Bagus. Ngerepotin orang aja lo," ketus Arvan, kemudian ia berbalik badan dan menjauh dari kerumunan tersebut.

"Oke," balas Calvin singkat, lalu ikut pergi mengikuti Arvan.

"Ra, lo beneran nggak papa?" tanya Bara yang masih khawatir dengan kondisi Clara.

"Gue nggak papa. Mending lo pergi juga sekarang," ketus Clara.

"Ra!!!" ujar Adara dengan memberikan tatapan tajam kepada gadis itu yang membuatnya menjadi bergidik ngeri.

"Yaudah, gue balik ya. Kalo butuh bantuan, lo bisa hubungin gue," ujar Bara, lalu pergi meninggalkan Clara dan Adara disana.

"Ra, kenapa sih lo gitu amat sama Bara? Dia kan udah berniat baik buat nolongin lo," ujar Adara sambil menatap punggung Bara yang semakin menjauh.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang