Chapter 44 | Truth or Dare?

389 28 4
                                    

Permainan ToD yang diusulkan oleh Iqbal dimulai. Kebetulan Iqbal memang sudah menyiapkan permainan itu sejak di rumah. Iqbal membawakan kartu ToD.

Sebelum itu, mereka akan memutar sebuah botol yang bagian ujungnya nanti menunjuk salah satu orang yang ada disana. Clara, Adara, Calvin, Arvan, dan Iqbal duduk melingkar. Iqbal akan memutar botol itu pertama kali, yang nantinya jika botol itu berhenti dan mengarah pada salah satu orang maka orang itu harus memilih antara T or D, yang nantinya kartu akan diambilkan oleh pemain lainnya, dan dibacakan dengan suara keras.

Suasana mendadak tegang saat botol mulai diputar. Lama-lama, botol itu bergerak semakin pelan. Dan akhirnya botol itu berhenti tepat di depan Iqbal.

Iqbal mengacak rambutnya frustasi. Niatnya ingin mengerjai teman-temannya malah ia sendiri yang kena.

"Ini nih yang dinamakan senjata makan tuan!" ledek Adara.

"Truth or Dare?" tanya Arvan pada Iqbal.

"Truth." kata Iqbal.

"Cihh, banci banget milih Truth!" ujar Arvan.

Arvan membuka kartu berwarna biru yang sudah ditata rapi di depan mereka. Lalu, Arvan membacakannya di depan teman-temannya.

Arvan tersenyum penuh arti saat ia akan membacakan pertanyaan yang ada pada kartu itu. "Siapa yang lagi kamu suka? Dan kapan kamu akan mengungkapkan perasaan kamu ke dia?" Arvan membacakan pertanyaan yang ada di kartu tersebut.

Iqbal mendecak, "Gue nggak suka siapa-siapa. Udah kan? Yuk lanjut!"

Saat Iqbal akan memutar botol lagi, tiba-tiba tangan Adara menghalangi Iqbal. "No! Gue nggak percaya kalo gak ada yang lo suka! Ayo jawab dulu!" ujarnya memaksa.

"Eh toak, gue harus jawab apa?! Gue lagi nggak suka sama siapa-siapa!"

"Heh, apa lo bilang?! Toak? Lo nyebelin ya?!" kesal Adara sambil menjewer telinga Iqbal. Kebetulan memang Iqbal dan Adara duduk bersebelahan. Iqbal berada di sebelah kiri Adara, sementara di sebelah kanan Adara ada Calvin.

"Eh bukan gue yang duluan bilang lo toak!" ujar Iqbal membela diri, lalu ia melirik ke arah Arvan dan mendapatkan tatapan tajam dari Arvan seolah berkata 'jangan ngomong macem-macem'. Iqbal jadi bergidik ngeri sendiri.

"Terus siapa?! Hah?! Bilang sama gue!"

"Busett marah-marah aja lo. Pantesan cepet tua!"

"Apa lo bilang?!"

"Udah-udah, mendingan kita lanjutin aja. Kalian berantem terus ih!" kata Clara yang mulai membuat suasana kembali tentram.

"Ayo Bal, puter lagi." suruh Arvan pada Iqbal.

Iqbal mengangguk, lalu ia kembali memutar botol itu dan berharap ia tak akan kena lagi. Botol perlahan mulai berhenti. Saat berhenti ternyata botol itu menghadap ke arah Arvan. Iqbal bersorak karena akhirnya ada temannya yang kena jebakan batman!

"Truth or Dare?" tanya Iqbal.

"Karena gue cowok, gue dare lah!" ujar Arvan percaya diri.

"Gak usah nyindir." kata Iqbal sinis. Sementara Arvan hanya terkekeh mendengarnya.

Saat Iqbal akan mengambilkan kartu dare yang berwarna merah, tiba-tiba Clara mencegahnya.

"Gue dong yang ambil." kata Clara.

"Yaudah oke." jawab Iqbal mengalah.

Clara membuka kartu berwarna merah itu. Lalu, ia terdiam sebentar untuk membacakannya. Beberapa detik kemudian, ia tersenyum penuh arti.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang