Bianca duduk di lantai, saat ini ia telah kembali dimasukkan ke dalam sel. Bianca duduk dengan kedua tangan memeluk lututnya. Ia masih memikirkan tentang cerita Sherly tadi. Apakah benar itu faktanya? Atau Sherly hanya ingin melindungi Clara? Bianca masih tak bisa percaya akan hal itu.
Jika itu yang benar terjadi, Bianca sudah melakukan kesalahan yang fatal. Bianca menyakiti orang yang tak bersalah. Ia juga membenci Clara terlalu dalam tanpa mau mendengarkan penjelasan dari yang bersangkutan. Ia terlalu larut dalam rasa bencinya.
"Bianca, ada yang mau bertemu." ujar salah satu polisi wanita yang menghampiri Bianca sembari membukakan gembok.
Bianca pun mendongak, sesaat ia terkejut karena kedatangan polwan itu. Siapa lagi kali ini yang ingin bertemu dengannya?
Bianca berdiri dan mengikuti langkah polwan itu dari belakang. Bianca terkejut dengan kehadiran orang yang ada di depannya kini.
"Ngapain lo kesini?!" tanya Bianca dengan nada marah.
"Kalau bukan karena suruhan Sherly, gue nggak mungkin kesini!" balas Rafa, orang yang menemui Bianca kali ini. Rafa berkata tak kalah sinisnya dengan Bianca.
Sepulangnya Sherly dan Arvan dari kantor polisi, Sherly menghubungi Rafa agar cowok itu datang menemui Bianca dan menjelaskan semuanya. Awalnya, Rafa menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Sherly pun menceritakan semuanya pada Rafa. Rafa sangat terkejut atas kejadian yang menimpa Clara. Apalagi itu semua adalah ulah Bianca, mantannya.
Arvan pun sempat terkejut dengan cerita Sherly yang menjelaskan pada Bianca tentang kisah antara Bianca, Clara dan Rafa. Arvan awalnya ingin sekali memukuli Rafa karena secara tak langsung, Rafa lah yang menyebabkan Clara menderita seperti ini. Rafa dalang dari semua kejadian yang menimpa Clara. Namun, niatnya ia urungkan karena permintaan Sherly. Sherly berkata bahwa diantara saudara jangan sampai ada saling membenci. Saudara itu saling membutuhkan. Akan tidak enak rasanya jika antara saudara bertengkar apalagi membenci, seperti halnya dirinya dengan Clara.
Maka dari itu, Sherly meminta kepada Arvan untuk tidak membenci Rafa. Bagaimanapun, Rafa adalah kakaknya, kakak kandungnya. Jadi, Arvan harus tetap menghormati Rafa.
Karena cerita yang diberikan oleh Sherly, Rafa menjadi malas sekali untuk menemui Bianca. Rafa tak menyangka jika Bianca berani berbuat senekat itu.
"Ya kalau lo males, kenapa lo kesini? Harusnya lo gak usah kesini karena gue juga nggak mau lo disini!" kata Bianca.
"Gue cuma mau bilang kalau yang diceritain Sherly itu bener semuanya. Gue yang salah karena gue udah ngekhiatin lo!" ujar Rafa to the point.
Mata Bianca terbelalak. Kali ini, ia benar-benar terkejut akan suatu fakta. Cerita ini muncul dari mulut Rafa sendiri yang kemungkinan bohong hanya 1%.
"Jujur, setelah gue kenal sama Gladys, gue tertarik sama dia. Padahal, gue juga belum pernah ketemu sama Gladys. Gue udah tertarik sejak gue masih sama lo." ujar Rafa melanjutkan penjelasannya lagi. "Waktu itu gue ngerasa kalau hubungan diantara kita udah hambar. Tiba-tiba, gue ketemu Gladys di grup jurusan gue. Gue chat dia, dan gue langsung ngerasa nyaman sama dia. Sorry, ini semua emang salah gue. Tapi gue juga nggak bisa ngendaliin perasaan gue sendiri." lanjutnya lagi.
Sakit rasanya mendengar pengakuan langsung dari Rafa. Bagaimanapun juga, Rafa dan Bianca pernah mencoba saling membahagiakan. Jika ditanya apakah saat ini Bianca masih sayang pada Rafa, jawabannya adalah iya. Rasa sakit hatinya masih terkalahkan oleh rasa sayangnya.
Oleh karena itu, Bianca masih terus berusaha membuat Clara menderita karena yang ia tahu adalah Clara yang bersalah. Yang ia tahu adalah Clara yang menjadi penyebab hubungannya dengan Rafa hancur dan juga Clara lah yang merupakan orang ketiga diantara hubungannya. Namun, ternyata semuanya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Fiksi RemajaSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...