Chapter 40 | Pertengkaran

426 28 7
                                    

Hari ini kelas Clara ada pelajaran olahraga di jam ke 3 dan jam ke 4. Clara dan Adara sudah berganti pakaian menjadi pakaian olahraga. Clara tengah menguncir rambutnya ke belakang. Sementara Adara sedang memasang sepatunya yang berwarna abu-abu.

"Udah belum Ra? Nanti kita telat nih," kata Adara.

"Iya udah kok." jawab Clara.

Setelah itu, Clara dan Adara pun segera berlari ke tengah lapangan dan bergabung dengan teman sekelasnya.

Pak Gatot yang merupakan guru olahraga pun segera memberikan aba-aba kepada murid-muridnya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan yang dilakukan yaitu lari mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Semua murid pun menurut dan segera berlari memutari lapangan.

Saat berlari pada putaran ketiga, tiba-tiba kaki Clara terasa sangat kram. Clara berhenti sebentar, napasnya juga sudah tak beraturan, matanya berkunang-kunang, kepalanya sangat pusing. Kondisi Clara memang belum sepenuhnya fit, namun ia tetap bersikukuh untuk mengikuti olahraga karena agar tambah sehat katanya.

"Ra, kenapa?!" teriak Adara dari pinggir lapangan. Adara segera berlari mendekat ke arah Clara. Namun, sebelum Adara sampai, Clara sudah terlebih dahulu jatuh di tepi lapangan. Clara pingsan.

*****

Clara membuka matanya perlahan. Ia mencoba menelisik dimanakah dia berada saat ini. Clara masih mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya hari ini. Kepalanya masih terasa sangat pusing.

"Ra, udah bangun? Syukurlah. Gue khawatir banget tau gak?!" ujar Adara yang tiba-tiba datang.

"Dar, gue kenapa sih? Kok ada disini?" tanya Clara yang masih bingung.

"Lo di UKS. Lo tadi tuh tiba-tiba pingsan waktu lari."

"Hah? Pingsan? Terus siapa yang bawa gue kesini? Nggak mungkin lo kan?"

"Ya nggak lah. Lo kan berat." ledek Adara. "Tuh si pacar lo yang angkat lo kesini." ujarnya.

"Arvan?"

"Ya pacar lo siapa lagi bego!"

"Terus dimana dia sekarang?"

"Balik ke kelas."

"Yah, kok nggak nungguin gue disini sih?"

"Yaelah manja amat lo! Ini masih jam pelajaran. Ya dia balik lah!"

"Oh iya ya," kata Clara polos sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ra, ini tadi gue udah beliin lo teh hangat di kantin. Lo minum deh biar agak enakan. Gue balik ke lapangan dulu ya. Lo udah diizinin Pak Gatot biar nggak ikut olahraga hari ini." kata Adara.

Clara menerima teh hangat yang dibawa oleh Adara. "Thanks ya Dar." katanya.

Adara mengangguk, "Yaudah gue balik dulu ya. Nanti gue kesini lagi."

Setelah kepergian Adara, Clara pun meminum teh yang diberikan oleh Adara. Lama-lama Clara juga merasa bosan jika berada di ruang UKS sendirian. Clara mencoba bangkit dari tidurnya. Namun, tiba-tiba ia mendengar ada beberapa orang yang berbicara di depan UKS.

"Oh jadi sekarang dia ada di penjara?"

"Iya, dia kan yang dorong Clara sampai Clara ditabrak truk waktu itu. Katanya nih ya, Clara udah dinyatakan meninggal, tapi syukurlah dia bisa balik lagi."

Clara terkejut saat namanya disebut. Namun, yang membuat ia bingung yang mereka bahas adalah orang yang sudah mendorongnya hingga ia tertabrak truk saat itu. Bahkan, Clara saja tidak mengetahui siapa orangnya. Tetapi mengapa orang lain bisa tahu?

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang