Urusan pribadi bukan untuk dibawa ke urusan kelompok. Jadi, tolong bedain!
*****
HAPPY READING!!!
Bianca dan Adel sedang berjalan-jalan ke mall malam ini. Hobi mereka itu belanja, belanja, dan belanja. Dikarenakan juga mereka anak dari orang yang berada, jadi minta uang langsung dikasih.
Bianca dan Adel sedang melihat baju-baju yang ada di salah satu store di mall tersebut.
"Del, bagus gak nih?" tanya Bianca sambil menunjukkan dress cantik berwarna merah dengan kombinasi bunga-bunga itu.
"Bagus banget. Lo pasti cocok pake itu, Bi," balas Adel semangat.
"Tapi gue udah belanja banyak banget nih," ujar Bianca sambil melihat kantong belanjaan yang ia bawa. Tangan kanan kirinya sudah dipenuhi oleh barang belanjaannya. Mulai dari kosmetik, sepatu, tas, jam tangan, semuanya Bianca beli.
"Nambah satu doang, Bi. Nggak bakal kerasa," ujar Adel malah mengompori.
"Bener juga kata lo," ujar Bianca.
"Mbak, saya ambil baju ini ya," ujarnya lagi memanggil pelayan di store tersebut."Eh, Bi, Bi. Lihat itu deh," ujar Adel sambil menunjuk ke store khusus sepatu olahraga yang ada diseberang.
Bianca mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Adel. Bianca menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas.
"CLARA?" tanya Bianca terkejut.
Adel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kayanya tambah deket aja mereka, Bi,"
"Dasar si Clara nya aja yang genit. Jijik!" ujar Bianca.
Bianca masih menatap lurus ke arah Clara dan Arvan yang tertawa bersama.
Bianca tersenyum saat suatu ide terlintas di pikirannya.
"Gue punya ide," ujar Bianca.
"Apa tuh?" tanya Adel.
"Sini," ujar Bianca sambil mengisyaratkan agar Adel lebih mendekat ke dirinya. Lalu, Bianca mulai membisikkan sesuatu ke telinga Adel.
"Cerdas! Gue setuju sama ide lo," ujar Adel tersenyum saat sudah mengetahui rencana Bianca.
"Tapi lo harus bantuin gue,"
"Iya gampang itu mah. Yaudah yok, lanjut makan, laper gue," ajak Adel sambil mengelus perutnya.
"Oke ayo," balas Bianca.
*****
Setelah diantar oleh Arvan, Clara segera masuk ke rumahnya yang sudah gelap. Clara tau bahwa Papanya sudah datang, karena sudah ada mobil yang terparkir di halaman depan rumahnya. Mungkin sekarang sudah tidur Papanya itu.
"Darimana Clara?" tanya Angga, Papa Clara yang tiba-tiba datang dari arah dapur.
"Keluar," balas Clara singkat.
"Keluar kemana sama Arvan?" tanya Papanya lagi.
Clara terkejut, kenapa bisa Papanya tau jika ia keluar bersama Arvan?
"Papa tau karena Arvan sudah izin Papa lewat telfon," ujar Angga yang seperti tau apa yang sedang putrinya pikirkan.
"Tukang ngadu." gumam Clara tetapi masih bisa didengar oleh Papanya.
"Papa suka kalau seperti itu, Clara. Dia sopan karena izin ke Papa dulu sebelum mengajak kamu keluar,"
"Emang Papa peduli?" tanya Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...