CHAPTER 22 | PSIKOPAT

528 34 9
                                    

⚠️Part mengandung 18+. Bisa di skip bagi yang belum cukup umur⚠️

*****

Arvan dan Adara memutuskan untuk pergi dalam satu mobil, mobil Arvan lah yang digunakan. Sementara mobil Adara dititipkan di satpam penjaga butik tadi. Arvan dan Adara sama-sama panik karena mereka sama sekali belum menemukan dimana jejak Clara.

Arvan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang sembari melihat sekitar jalanan siapa tahu Clara ada disana. Tetapi nihil. Baik Arvan maupun Adara tidak ada yang menemukan tanda-tanda Clara.

"Dar, cari kemana lagi? Kita udah hampir sejam muter-muter disini tapi dia nggak nongol juga." ujar Arvan. Nada khawatir tersirat disana. "Gue tadi sempat ngehubungin papanya Clara buat nanyain udah sampai di rumah atau belum, tapi katanya belum." tambahnya.

"Gue juga bingung, Ar. Gue nggak tau dia dimana. Ini semua salah gue." ujar Adara, lalu ia menundukkan kepalanya karena sangat menyesal. "Gue tadi yang ninggalin dia sendirian buat keliling butik sampai akhirnya dia diculik sama orang itu."

"Nggak usah nyalahin diri lo sendiri. Mendingan kita sekarang berusaha biar Clara bisa ditemukan malem ini juga."

*****

Bara membawakan nampan berisi nasi yang lengkap dengan ayam panggang dan juga sayuran. Tak lupa juga air mineral untuk minum. Bara membawa semua itu untuk Clara. Ia tak mau jika gadis yang ia sukai sampai kelaparan.

"Nih makan dulu." ujar Bara.

Clara masih bungkam. Bahkan, Clara tak sekalipun menoleh ke arah Bara. Clara benar-benar benci dengan cowok itu. Bagaimanapun Bara bersikap, tak akan menjadikan Clara mencintai Bara. Itu mustahil.

"Ra, makan. Supaya lo nggak sakit." ujar Bara lagi karena tak ada sahutan dari Clara.

"Lo yang mau gue sakit atau bahkan sampai mati." sinis Clara.

Bara terkejut dengan ucapan yang terlontar dari Clara, "Maksud kamu?" tanyanya.

"Nggak usah sok baik lo sama gue. Ngapain lo culik gue kaya gini kalau bukan karena lo ingin gue mati. Iya kan?!" bentak Clara.

"Ra, gue sayang sama lo. Nggak mungkin gue menginginkan itu."

"Lalu, lo mau apa?"

"Gue cuma mau lo ada disini." ujar Bara. "Jangan pancing gue buat ngelakuin sesuatu yang kasar sama lo Ra. Ayo makan!" suruh Bara lagi.

"Gue bilang nggak ya nggak!"

Bara meletakkan kembali nampang diatas meja dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang membuat Clara tersentak. Bara berdiri, wajahnya memerah geram, tangannya terkepal kuat. Clara meringis melihatnya. Pria di depannya ini benar-benar seperti psikopat. Nyali Clara lagi-lagi menciut, semaksimal mungkin Clara menormalkan detak jantungnya. Namun selalu gagal.

Keringat bercucuran dari pelipis Clara. Bara benar-benar seperti orang yang kesetanan. Kali ini, Clara hanya bisa pasrah.

Tanpa Clara duga, tiba-tiba Bara mendekatkan tubuhnya ke arah Clara. Dengan cepat, Bara membungkam mulut Clara yang akan berteriak dengan mulutnya sendiri. Bara mencium Clara, bukan ciuman sayang melainkan ciuman nafsu, juga ciuman penuh kebencian.

Air mata Clara menetes. Hanya menangis yang bisa Clara lakukan saat ini. Tangannya masih terikat di belakang yang membuat ia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya satu yang Clara inginkan, pertolongan segera datang untuknya.

Bara melepas ciumannya. Lalu, ia menatap Clara dengan tatapan penuh kemenangan. "Gue udah peringatin lo biar nggak memancing gue. Tapi sayangnya lo nggak mau dengar itu. Jadi, lo bener-bener akan jadi milik gue sekarang, Clara." ujarnya.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang