Pukul 10 pagi, Clara mempunyai janji dengan Adara untuk ke kantor polisi. Clara ingin bertemu dengan Biamca hari ini. Clara membawa mobil karena setelah dari kantor polisi, Clara dan Adara akan mampir ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan yang akan dibawa saat liburan ke Puncak nanti.
Sesampainya ke kantor polisi, Clara dan Adara masuk ke dalam dan menunggu di ruang yang sudah disediakan. Tak lama kemudian, Bianca pun keluar dari sel penjara dan duduk dihadapan Clara dan Adara.
"Gimana kabar lo, Bi?" tanya Clara pada Bianca.
Raut wajah Bianca terlihat kusut, sangat berantakan. Ada kantung mata yang terlihat jelas disana. Clara merasa kasihan dengan nasib Bianca, namun benar kata Adara, jika Bianca tak dihukum, maka ia tak akan merasa kapok.
Jika Clara bisa, dia akan mencabut tuntutan Bianca kepada polisi. Tetapi Clara mengurungkan niatnya itu. Clara tidak mau mengecewakan orang-orang yang telah berkorban untuknya. Orang-orang yang selalu ada untuknya dan selalu melindunginya dari tindak kejahatan yang terjadi padanya. Clara akan membiarkan beberapa saat agar Bianca juga mau mengakui kesalahannya dan mau berubah menjadi seorang Bianca yang dulu. Bianca yang baik hati dan tidak mempunyai dendam apapun.
"Sorry gue baru bisa kesini. Gue baru tau kalo lo ada disini. Lo baik-baik aja kan?" tanya Clara lagi karena ia tak kunjung mendapat jawaban dari Bianca.
Tiba-tiba Bianca bangkit dari duduknya, lalu ia berlutut di depan Clara sembari menangis. Clara dan Adara dibuat terkejut karena tindakan Bianca itu.
Clara membungkuk dan memegang kedua lengan Bianca untuk menyuruhnya berdiri kembali. Namun, Bianca masih tetap pada posisinya.
"Maafin gue, Ra. Maafin gue. Gue banyak salah sama lo, gue udah dendam sama lo padahal lo nggak salah apa-apa. Maafin gue karena gue selalu jahat sama lo..." ujar Bianca sembari menangis.
"Bianca ayo berdiri," suruh Clara sambil memegang kedua lengan gadis itu agar berdiri.
Bianca masih tetap pada pendiriannya. Ia masih berlutut di depan Clara."Kesalahan gue banyak Ra. Gue nggak tau lagi harus menebus kaya gimana. Mungkin ini caranya.." kata Bianca.
"Bi, berdiri sekarang atau gue nggak mau maafin lo selamanya!" ancam Clara.
Bianca terkejut, lalu ia mendongakkan kepalanya dan menatap Clara. Clara mengisyaratkan agar Bianca segera berdiri. Akhirnya, Bianca berdiri dan menghadap Clara, namun Bianca menunduk, ia tak berani menatap Clara.
"Gue udah maafin lo, Bi. Gue juga nggak pernah sepenuhnya benci sama lo. Gue tau ini cuma masalah salah paham yang harusnya bisa kita lurusin baik-baik. Tapi gue mohon sama lo, setelah kejadian ini lo berubah ya. Berubah jadi Bianca yang gue kenal, gue sedih selama ini lo bersikap seolah ini bukan lo banget. Gue tau lo, Bi. Kita bertiga sahabatan bukan sehari dua hari tapi 2 tahun." ujar Clara. Clara masih menyentuh kedua pundak Bianca untuk menyalurkan kekuatan pada gadis itu. Clara tahu bahwa Bianca saat ini pasti sangat rapuh. Gadis seumuran dia harusnya tak berada disini. Harusnya ia bersekolah dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan juga orang tuanya. Clara sangat ingin membantu Bianca, namun ia juga tak mau mengecewakan orang yang sudah berkorban untuknya.
"Kenapa lo segampang itu maafin gue Ra? Yang gue lakuin sama lo itu udah keterlaluan banget," ujar Bianca terisak.
"Karena lo sahabat gue. Dan selamanya akan begitu. Iya kan Dar?" ujar Clara sembari menoleh ke Adara yang sedari tadi hanya melihat percakapan antara Clara dan Bianca.
Adara menerima sinyal dari Clara melalui kontak matanya untuk mengiyakan ucapan gadis itu. Sebenarnya Adara sangat malas berkata iya, karena ia sendiri pun sudah tak mau menganggap Bianca sebagai sahabatnya. Jika mereka bisa dikatakan sahabat harusnya saling menjaga dan percaya, bukannya malah saling menyakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...