Chapter 48 | Ditemukan

414 20 4
                                    

Arvan dan Adara telah berada di bandara untuk menemui Clara dan keluarganya. Saat menuju ke bandara, Arvan sempat menelfon Adara untuk memberikan kabar ini. Arvan tahu bahwa Clara pasti juga membutuhkan Adara disaat seperti ini. Jadi, ia menghubungi Adara agar gadis itu juga ikut menemani Clara.

Proses evakuasi masih terus berlanjut. Petugas bandara memberikan informasi jika sudah ada beberapa penumpang yang berhasil di evakuasi dan akan dibawa ke Jakarta. Clara, Sherly dan Angga masih menunggu berita lanjutan. Jika beberapa penumpang sudah sampai di Jakarta, maka mereka akan berangkat menuju ke tempat evakuasi untuk mencari Kirana.

Clara dan Sherly sesekali masih menangis karena takut jika terjadi sesuatu pada Kirana. Syukurlah ada Adara yang mampu menenangkan Clara dan Sherly. Sherly memang dekat juga dengan Adara, jadi ia juga merasa terhibur dengan kehadiran Adara disini.

Angga memutuskan untuk mengajak kedua putrinya pulang terlebih dahulu dengan harapan agar mereka lebih tenang.

"Kita pulang dulu aja ya," ujar Angga pada Clara dan Sherly.

"Tapi pa--"

"Kita akan terus memantau dari rumah. Papa udah kasih nomor papa ke petugas disini untuk memberikan kabar lanjutan. Kalau ada kabar, kita langsung berangkat lagi kesini."

"Iya bener kata papa kamu Ra, pulang dulu aja ya. Tenangin diri kamu." kata Arvan sembari mengelus kedua bahu Clara.

"Gue temenin lo di rumah Ra, kita tunggu kabar lanjutannya di rumah ya. Yakin kalo semuanya bakal baik-baik aja ya," sahut Adara.

Clara menatap ke arah kakaknya untuk meminta pendapat, "Gimana kak?" tanyanya pada Sherly.

"Kita pulang aja Ra. Ikutin kata papa,"

Akhirnya Clara pun mengangguk dan mau pulang terlebih dahulu.

*****

Sesampainya di rumah, Sherly dan Angga masuk terlebih dahulu, sementara Clara, Adara dan juga Arvan masih berada di teras rumah.

"Gue bener-bener takut kalo terjadi apa-apa sama mama. Gue masih banyak salah sama mama, gue nggak pernah ngehormatin mama." ujar Clara yang mulai terisak kembali.

"Ra, lo jangan ngomong gitu, sebelum mama lo ditemuin, lo harus yakin kalo semuanya akan baik-baik aja. Lo percaya sama takdir Tuhan kan Ra?" ujar Adara yang membuat Clara mengangguk lemah.

Adara menatap ke arah Arvan, "Ar, temenin Clara dulu ya, gue mau ke kak Sherly. Kasian dia sendirian,"

"Oke." jawab Arvan. Lalu, Adara segera masuk ke dalam rumah untuk menemui Sherly.

Tanpa ba-bi-bu, Arvan memeluk Clara yang sedari tadi masih menangis. Sedari tadi Arvan ingin sekali memeluk Clara dan menenangkan gadis itu. Namun ia tak enak hati pada Angga, Sherly, dan juga Adara. Mungkin sekarang adalah saatnya ia yang menenangkan kekasihnya.

Tangisan Clara menjadi-jadi saat di pelukan Arvan. Terlihat dari kedua bahunya yang naik turun dan beraturan. Arvan mengeratkan pelukannya, ia masih belum mengeluarkan sepatah kata pun. Arvan lebih memilih untuk membiarkan Clara menangis sepuasnya terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, Arvan sudah tak mendengar suara isak tangis Clara lagi.

Clara melepaskan pelukannya dari Arvan. Arvan pun menatap Clara, lalu ia menangkup kedua pipi gadis itu. Perlahan, Arvan mengusap sisa air mata Clara dengan ibu jari nya.

"Aku tau kamu kuat, aku tau kamu pasti bisa ngehadapin semua ini. Kamu harus selalu yakin ya, jangan berpikiran aneh-aneh." ujar Arvan.

"Makasih udah ada disini." kata Clara tulus.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang