Pukul 7 pagi Clara sudah terbangun dari tidurnya. Tak biasanya Clara seperti ini apalagi ini adalah weekend. Biasanya gadis itu akan menghabiskan hari liburnya dengan drakor favoritnya.
Sudah pasti ada alasan mengapa Clara bangun pagi seperti ini. Clara harus menghadiri final olimpiade Adara dan Calvin. Clara juga sudah berjanji pada Adara jika ia akan datang tepat waktu.
Semalam, Arvan telah menghubungi Clara dan berkata bahwa ia akan menjemput Clara agar bisa berangkat bersama ke gedung Amerta, guna menyaksikan olimpiade. Clara pun telah setuju dengan ajakan Arvan itu.
Pukul 07.45 WIB, Clara telah bersiap dengan kemeja garis-garis berwarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans berwarna abu-abu. Rambutnya ia biarkan tergerai bebas. Tak lupa Clara juga membawa sling bag untuk isi ponsel dan juga dompetnya.
Clara turun dari kamarnya dan ia melihat Arvan yang sudah duduk menunggunya di ruang tamu. Arvan melemparkan senyum ke arah Clara saat melihat gadis itu telah siap.
"Ayo berangkat sekarang." ajak Arvan.
"Yuk." balas Clara.
*****
Adara duduk berdampingan dengan Calvin di meja peserta yang telah disediakan. Di depan Adara dan Calvin sudah ada mic yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan dalam final olimpiade ini. Rasa gugup mulai tumbuh di dalam hati Adara. Padahal bukan kali pertama Adara mengikuti olimpiade nasional seperti ini. Namun, entah mengapa kali ini ia gugup sekali.
"Kenapa?" tanya Calvin dengan nada sedikit berbisik. Calvin sedari tadi juga melihat kegelisahan dari wajah Adara, apalagi gadis itu juga mengeluarkan peluh dari pelipisnya.
"Takut." lirih Adara tanpa menoleh ke arah Calvin.
"Rileks aja. Kalau lo kaya gini nanti malah nggak konsen."
Adara hanya membalas dengan anggukan. Lagi-lagi, Adara tak menoleh ke arah Calvin sedikitpun. Ia malah asyik memainkan jari-jarinya di bawah meja.
Acara pun telah dimulai. SMA Victoria berhadapan dengan 4 sekolah lain dalam babak 5 besar, yaitu SMA Antariksa, SMA Karya Bakti, SMA Pancasila, dan SMA Tunas Bangsa. Memang sekolah-sekolah itu yang dari dulu terkenal dengan murid-murid cerdas, juga sering mencetak juara dalam olimpiade tingkat nasional.
Soal demi soal telah dibacakan. Poin demi poin juga sudah dikumpulkan oleu Adara dan Calvin.
SMA Karya Bakti dan SMA Tunas Bangsa telah dieliminasi karena poin mereka tertinggal. Kini hanya tersisa 3 sekolah yang akan memperebutkan juara 1. Poin SMA Victoria tertinggal dengan SMA Antariksa. Itu tak membuat Adara dan Calvin lengah. Mereka harus tetap fokus mengerjakan soal yang diberikan agar poin bisa bertambah dan menjadi pemenang.
"Satu soal lagi. Kalau kita benar, kita menang." ujar Calvin pada Adara. "Fokus ya, Dar." ujarnya lagi.
Sejenak Adara terpaku dengan tatapan Calvin padanya. Namun ia langsung menepis pikiran lain. Kini, ia harus fokus pada pertandingannya.
Soal terakhir adalah soal matematika. Calvin dan Adara langsung menulis di kertas coretan mereka untuk segera menghitungnya. Saat jawaban ketemu, Calvin mencocokkannya terlebih dahulu dengan punya Adara. Ternyata jawaban mereka sama. Calvin menekan bel yang ada di mejanya untuk menjawab pertanyaan.
"SMA Victoria. Berapa jawabannya?" tanya si pembaca soal.
"28x² - 3x +7." jawab Calvin.
"Jawabannya..." Si pembaca soal itu masih menggantungkan ucapannya yang membuat hati Adara berdegup kencang. "BENAR!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...