CHAPTER 13 | KEDATANGAN SHERLY

667 50 12
                                    

Clara telah sampai di depan rumahnya. Ia segera turun dari motor Arvan dan melepas helm yang tengah ia gunakan.

"Ada tamu kayanya, Ra," ujar Arvan yang membuat Clara menoleh ke arah teras rumahnya. Disana ada sebuah mobil asing bagi Clara. Mobil berukuran sedang berwarna putih.

"Tamu Papa kali," balas Clara sekenanya. "Thanks, Ar, udah anterin sama bantu gue ngerjakan tugas," ujarnya pada Arvan.

Arvan hanya mengangguk, "Besok gue jemput ya," ujarnya.

Clara lagi-lagi terkejut, "Nggak. Gue udah sering banget ngerepotin lo. Gue bisa berangkat sendiri kok,"

Arvan terkekeh geli, "Yang bilang lo nggak bisa berangkat sendiri tuh siapa?"

"Ar, beneran nggak usah. Lo jangan kaya gini terus deh!" ujar Clara mencoba menyembunyikan wajahnya karena sedang salah tingkah.

"Lo kenapa, Ra? Kesambet?" tanya Arvan. "Ah gue tau. Lo kesambet gue ya?!" Arvan malah bercanda.

Clara mencubit lengan Arvan dengan keras, "Nyebelin lo! Sana pulang!"

"Awas suka sama gue, Ra!"

*****

Clara melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya, Clara juga penasaran siapa yang bertamu di rumah malam-malam begini. Seperti tak ada hari esok saja.

"Clara!" seru seseorang yang duduk di sofa.

Clara yang dipanggil pun terkejut. Sekujur tubuhnya tiba-tiba melemas dan kaku. Benar-benar diluar dugaannya bahwa yang datang adalah dua orang yang ia sayangi. Dulu.

"Ra, darimana aja? Aku sama Mama udah nunggu dari sore tadi. Ini udah malam loh, kok baru pulang?" tanya Sherly-- kakak Clara. Sherly sangat menyayangi Clara, bahkan ia sayang ke Clara melebihi ia sayang pada dirinya sendiri. Sherly akan melakukan apapun agar adiknya tak terluka apalagi sampai menangis. Karena kebahagiaan Clara itulah yang merupakan kebahagiaan bagi Sherly.

Sherly memeluk tubuh Clara erat. Hanya Sherly yang melakukan, tetapi Clara tak membalasnya sama sekali. Clara masih berusaha mencerna situasi yang baru saja terjadi malam ini.

"Gue kangen sama lo, Ra. Kenapa nggak pernah bales pesan gue atau pesan dari Mama?" tanya Sherly lirih. Gadis itu masih berada di pelukan Clara.

Clara ingin menangis saat itu juga. Jujur, ia juga sangat merindukan kakak dan Mamanya. Tetapi, rasa sakit hatinya mengalahkan semuanya. Clara masih tak bisa menerima semua kenyataan ini.

Clara mendorong tubuh Sherly pelan. "Ngapain lo kesini, Kak? Gue nggak mau lagi berurusan sama lo ataupun Mama!" ketus Clara.

"Ra--"

"Pergi!"

"Clara, Sayang, tolong jangan begini. Mama tau mama salah nak. Tapi tolong jangan pernah salahkan kakakmu tentang apa yang terjadi saat ini," Kini Kirana-- Mama Clara yang berbicara untuk menenangkan anak bungsunya itu.

Clara tersenyum meremehkan, "Bukan salah kak Sherly? Kak Sherly yang udah lebih memilih sama Mama ketimbang tinggal sama aku dan Papa. Aku benci sama keadaan aku sekarang, Ma! Aku kaya nggak punya keluarga! Papa selalu sibuk sama kerjaan. Kak Sherly yang dulu selalu ada buat aku. Tapi apa?! Dia ninggalin Clara hanya untuk membela Mama yang udah jelas-jelas salah."

Jeda. Clara mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum kembali mengeluarkan unek-uneknya selama ini. "Clara lebih ikhlas kalau Mama dan Papa itu sibuk sama kerjaan karena dulu Clara pikir, kak Sherly bakal terus temenin Clara. Tapi apa kenyataannya sekarang?! Mama lebih memilih sama pria lain dibanding Papa kan?! Mama udah buat hancur semuanya!! Mama udah ngancurin kebahagiaan Clara!"

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang