~Jika kau tak mau kan ku buat kamu mau jika kau tak cinta kan ku buat kamu cinta~
*****
Clara keluar dari mobil Bara tanpa mengucapkan sepatah katapun. Clara hanya sempat mengucapkan terimakasih saat masih di perjalanan.
Saat sampai di kelas, banyak yang menatapnya sinis. Clara tau, pasti ini karena ia yang berangkat bersama dengan Bara.
Clara berusaha untuk biasa saja dan tak peduli dengan tatapan manusia-manusia tukang gosip itu. Karena semuanya tak mempan bagi Clara. Ia sudah sering menerima seperti itu.Clara segera menghampiri Adara dan duduk disebelahnya.
"Bara atau Arvan?" tanya Adara tiba-tiba saat Clara baru saja duduk.
"Lo tau?" tanya Clara bingung.
"Udah jadi trending di sekolah." balas Adara.
"Cepet banget sih, anjir..."
"Siapa yang gak tau lo sih, Ra? Gosip yang berhubungan tentang lo pasti juga secepet kilat."
"Gue gak suka kaya gini, Dar. Mereka semua terlalu masuk ke kehidupan gue dan mereka suka membicarakan apa yang gue lakuin. Emang gue salah gitu?"
"Gak salah sih. Cuma ya mereka salah paham mungkin. Mereka ngiranya lo sekarang jadi fakgirl karena dianterin dua cowok di hari yang berbeda."
"Ya gue cuma mau temenan sama mereka doang. Nggak lebih,"
Adara menoleh ke arah Clara dengan tatapan bingung, "Sejak kapan lo mau temenan sama Bara?"
Clara mendesis, "Gue gak ada pilihan tadi, Dar. Terpaksa gue harus minta tolong ke Bara."
"Kenapa nggak minta tolong gue?"
Clara menghela napasnya, "Gue tau kalo lo pasti udah sampe di sekolah. Makanya gue gak ngehubungin lo,"
"Terserah lo deh. Gue peringatin aja, kalo kaya gini, Bara semakin gencar ngejar lo."
*****
Bel istirahat telah tiba. Adel dan Bianca berjalan menuju ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo sejak tadi. Mereka duduk di tempat yang tak jauh dari si penjual bakso.
Adel memesankan bakso untuknya dan juga Bianca. Adel juga sudah memesankan ice chocolate untuknya dan juga capuccino untuk Bianca."Eh, Bi, gercep amat lo bisa bareng sama si anak baru itu," ujar Adel sambil menyesap ice chocolate yang sudah ada di hadapannya.
"Lo kaya baru kenal gue aja, Del. Pesona Bianca tuh nggak bisa dikalahin sama siapapun. Kalo buat modelan Clara ya lewat lah. Dia pasti lebih milih gue," balas Bianca dengan percaya dirinya yang tinggi.
Adel terkekeh mendengar jawaban Bianca, "Kok lo bisa sih ngajak dia berangkat bareng gitu? Gimana caranya?"
"Bianca punya seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan." ujar Bianca tersenyum penuh arti.
"Eh, Bi, ada anaknya tuh," ujar Adel saat melihat Arvan bersama dengan Calvin dan Iqbal yang berjalan mendekat ke arah kantin.
"Eh, iya. Gue udah cantik belum?" tanya Bianca sambil membenarkan rambutnya, lalu mengeluarkan liptint dari saku kemeja seragamnya dan memoleskan sedikit di bibirnya.
"Udah, Bi. Lo kan selalu cantik." jawab Adel.
"Ahhhh, bisa aja lo," ujar Bianca.
"Haiii, Arvan..." sapa Bianca saat Arvan melewati mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Roman pour AdolescentsSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...