Chapter 43 | Puncak

394 25 2
                                    

Hari ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh Clara karena hari ini ia akan berangkat ke Puncak bersama dengan kekasih dan juga teman-temannya.

Pukul 6 pagi, Clara sudah siap dengan menenteng tas besarnya karena ia akan menginap 3 hari di Puncak. Kirana sudah menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Setelah makan, Clara akan dijemput oleh Arvan dan menuju ke rumah Calvin karena Calvin juga yang berbaik hati menawarkan untuk naik mobilnya.

Clara sudah selesai menyantap sarapannya. Tak lama kemudian, Arvan sampai di rumahnya dan menunggu Clara di sofa. Setelah Clara siap, mereka berdua langsung on the way ke rumah Calvin.

Sesampainya di rumah Calvin, ternyata Adara dan Iqbal sudah sampai terlebih dahulu disana. Mereka hanya perlu menunggu Clara dan Arvan datang.

"Lama banget sih lo berdua. Pake bucin dulu ya!" ujar Adara pada Clara dan Arvan.

"Bucin apaan sih, Dar. Gue emang baru selesai makan tadi." balas Clara.

"Udah jangan berantem. Ayo berangkat!" kata Iqbal.

*****

Hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja untuk menuju ke Puncak. Saat ini, mereka sudah sampai di villa milik keluarga Calvin. Clara turun dari mobil, seketika itu ia merentangkan kedua tangannya untuk menghirup udara segar di sekitar pegunungan. Lingkungan villa Calvin memang dekat dengan pegunungan yang membuat udaranya masih segar meskipun di siang hari.

Calvin mengajak teman-temannya masuk ke dalam villa untuk melihat kamar mereka masing-masing. Nanti malam mereka akan melanjutkan wisatanya. Sekarang mereka harus beristirahat dulu untuk mengisi energi yang telah terbuang saat berangkat menuju kesini tadi.

Clara dan Adara berjalan berdampingan. Sementara Iqbal dan Arvan berada di belakang kedua gadis itu dan Calvin di depan untuk menunjukkan arah masuk ke villa milik keluarganya itu.

"Nah, disini ada sekitar 5 atau 6 kamar, gue agak lupa sih. Kalian terserah deh mau tidur dimana." kata Calvin saat ia dan teman-temannya baru saja masuk di ruang tamu.

"Serius ini kita milih kamarnya sendiri, Cal?" tanya Iqbal.

"Kalo lo mau tidur di sofa ini juga nggak papa." jawab Calvin sembari menujuk sofa berwarna hijau yang ada disampingnya.

Arvan, Clara, dan Adara tertawa mendengar jawaban Calvin, sementara Iqbal? Sudah pasti ia ingin menerkam Calvin sekarang juga. Untung saja ini villa milik keluarganya, kalau tidak, ingin rasanya Iqbal membuang Calvin jauh-jauh dari sini.

"Gue boleh nggak kalo di kamar atas? Gue tidur sama Clara nanti. Gimana Ra?" tanya Adara meminta pendapat.

"Pake aja. Lo minta kuncinya di mbak-mbak yang jaga disana." ujar Calvin sembari menunjuk ke dua orang wanita yang sedang berkutat dengan pekerjaan yang ada di dapur.

"Yaudah gue kesana dulu ya." kata Adara yang dibalas anggukan oleh Calvin. Adara menarik tangan Clara dan mengajaknya untuk melihat kamar mereka.

"Kamar yang atas ada lagi nggak, Cal? Gue juga mau diatas dong. Biar deketan sama Clara." ujar Arvan lengkap dengan senyuman freak nya.

Iqbal menoyor kepala Arvan dan membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Lo tuh Clara mulu! Jangan bucin-bucin kenapa sih?! Lo nggak kasan temen-temen lo jomblo nih!" ujarnya sembari melirik ke arah Calvin.

"Gue biasa aja." kata Calvin singkat.

"Tuh, Calvin aja nggak sewot. Kenapa jadi lo yang ngatur?"

"Tapi mending lo di kamar bawah aja. Ada 3 kamar di bawah." ujar Calvin yang membuat raut wajah Arvan berubah muram.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang