Sherly, Kirana, dan juga Angga masih menunggu Clara di ruangannya. Mereka terus berharap agar Clara segera membuka matanya. Mereka merindukan kehadiran Clara.
Sherly berjalan mendekat ke kasur rawat Clara. Sherly memandangi wajah adiknya yang masih pucat itu. Sherly menggenggam tangan Clara erat.
"Ayo bangun Ra. Nggak kangen apa sama gue? Gue kangen banget sama lo." ujar Sherly.
Tak lama kemudian, Sherly merasakan pergerakan dari telapak tangan Clara yang digenggamnya. Sherly melihat ke arah mata Clara yang masih terpejam, namun perlahan mata itu bergerak. Sherly tersenyum gembira.
"Ma, Pa, Clara sadar!" seru Sherly pada Kirana dan Angga.
"Yang bener, Sher?" tanya Angga yang langsung berjalan mendekat ke Clara dan Sherly, begitupula dengan Kirana.
Clara perlahan membuka matanya. Sherly, Kirana dan Angga pun tersenyum bahagia karena akhirnya Clara sadar juga dari masa kritisnya kemarin.
"Alhamdulillah Clara. Kamu sadar juga. Mama lega." ujar Kirana terharu.
"Ma, Pa, kak Sherly..." ujar Clara lirih.
"Iya, kita disini sayang." jawab Angga.
"Clara dimana? Kenapa?" tanya Clara bingung karena ini bukan kamarnya.
"Kamu di rumah sakit sayang. Kamu kecelakaan beberapa hari yang lalu. Apa kamu nggak ingat?" tanya Kirana.
Clara terdiam dan mencoba mengingat-ingat kejadian yang terjadi padanya. Setelah beberapa saat, Clara akhirnya berhasil mengingatnya. Saat pulang sekolah ia dan Arvan bertemu dengan Bara di pinggir jalan. Setelah Bara pergi, tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya ke tengah jalan dan tepat ada truk yang lewat disana. Setelah itu Clara mengingat bahwa Arvan meneriaki namanya, lalu ia tak ingat lagi apa yang terjadi.
"Clara udah disini berapa lama? Clara tidur lama banget ya?" tanya Clara.
"Iya. Lo hampir seminggu disini. Gue sama papa dan mama nunggu lo sampai bangun. Gue bersyukur banget karena hari yang kami tunggu telah tiba." jawab Sherly tersenyum.
"Lo kapan datang kak?" tanya Clara pada Sherly.
"Sejak gue dikabarin kalau lo kecelakaan, gue sama mama langsung kesini." balas Sherly.
"Gimana keadaan kamu Clara? Mana yang masih sakit? Papa panggilkan dokter ya?" tanya Angga.
"Cuma lemas aja Pa." balas Clara.
"Panggilkan dokter aja, Mas. Biar Clara diperiksa lagi. Dia kan baru aja siuman." usul Kirana yang dibalas anggukan oleh Angga.
Selepas Angga keluar dari ruangan, Kirana tersenyum ke arah Clara. "Mama rindu sama kamu, Clara." ujarnya.
Clara membalas senyuman singkat. "Clara senang keluarga Clara bisa kumpul kaya gini. Meskipun kumpulnya cuma pas Clara sakit." ujarnya.
Kirana terdiam dengan perkataan Clara. Perkataan itu sungguh menyayat hatinya.
"Maafin mama, Clara. Mama dan papa selalu saja sibuk sama urusan kami masing-masing. Tapi satu yang harus kamu tau, papa dan mama selalu sayang sama kamu dan kakak kamu." ujar Kirana.
Tak lama kemudian, Angga kembali masuk ke ruangan Clara bersama dengan dokter yang selama ini membantu proses penyembuhan Clara.
"Alhamdulillah, saya senang lihatnya kalau Clara udah siuman. Saya periksa dulu ya," ujar Dokter itu.
"Semua kondisi tubuhnya sudah membaik. Semuanya sudah normal. Clara benar-benar kuat. Dia mampu melewati semua ini. Hanya butuh beberapa hari untuk memulihkan kondisinya kembali seperti semula." ujar Dokter itu setelah melakukan pemeriksaan pada Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...