Chapter 41 | Bolos Bareng Adara

428 30 3
                                    

"Lo? Kok disini?" tanya Adara pada lelaki yang kini berada disampingnya.

"Lewat aja tadi." jawab Calvin singkat. "Ngapain lo marah-marah disini sendirian? Gila lo?" tanyanya menohok.

Adara menelan ludahnya. Ia tak habis pikir dengan Calvin. Adara kira Calvin memang sengaja menghampirinya karena khawatir dengannya. Namun dugaannya salah. Calvin malah mengatainya yang tidak-tidak.

"Sekali es tetep aja es." gumam Adara namun masih bisa didengar jelas oleh Calvin.

"Gue denger." ujar Calvin yang membuat Adara menoleh.

"Lo kenapa sih disini kalo cuma mau ngerecokin gue?" kesal Adara.

"Yaudah kalo gitu gue balik." ujar Calvin, lalu ia membalikkan tubuhnya dan bersiap pergi meninggalkan Adara sendirian di rooftop.

Adara menatap punggung Calvin yang mulai menjauhi dirinya. Adara masih berharap jika Calvin akan berbalik badan dan kembali menemaninya lagi. Adara masih yakin jika keajaiban itu pasti ada. Sedingin-dinginnya Calvin juga pasti ia bisa mencair.

Tak lama kemudian langkah Calvin terhenti yang membuat mata Adara berbinar. Ternyata memang benar jika keajaiban akan datang di waktu yang tepat.

Calvin pun kembali menoleh ke arah Adara. Adara melemparkan senyuman manisnya pada Calvin.

"Kenapa? Pasti nggak tega ya kalo gue sendirian disini? Lo mau balik lagi kan? Sini." ujar Adara percaya diri.

Calvin menghela napasnya, "Gue cuma mau bilang kalo mending lo balik deh ke kelas daripada disini teriak-teriak gak jelas. Takutnya nanti ada yang menyangka kalo lo gila!" katanya.

Adara membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang Calvin ucapkan. Setelah itu, Calvin pun melanjutkan langkahnya dan kini Adara benar-benar ditinggal sendirian disana.

"Dasar es batu nyebelin!"

*****

Arvan berjalan menuju kelas Clara. Arvan hanya ingin memastikan bahwa gadisnya tak apa-apa setelah tadi Clara pingsan di lapangan. Sebenarnya Arvan ingin kembali melihat kondisi Clara, namun Clara tak memperbolehkan Arvan dengan alasan ia mau berbicara perihal penting dengan Adara. Jika sudah menyangkut urusan Adara dan Clara, Arvan tak berani ikut campur. Karena bagaimana pun, Adara yang selalu bersama Clara, jauh sebelum ia mengenal Clara.

Tetapi perasaan Arvan tak enak setelah melihat Adara yang tiba-tiba berlari dengan tergesa-gesa, apalagi Adara berlari sambil menangis. Pasti ada sesuatu hal yang sudah terjadi. Daripada berasumsi aneh-aneh, lebih baik Arvan menanyakan langsung pada Clara.

Sesampainya di kelas Clara, Arvan melihat Clara yang sedang duduk di bangkunya. Namun, kepala gadis itu ditelungkupkan di mejanya. Tubuhnya juga bergetar. Persis seperti orang menangis. Arvan jadi sangat yakin jika ini ada hubungannya dengan Adara tadi. Apakah mereka sedang berantem?

"Clara..." panggil Arvan lembut yang membuat Clara terkejut dan mendongakkan kepalanya.

Dengan cepat, Clara menghapus sisa-sisa air matanya. "Kok kamu disini? Ngapain?" tanyanya.

"Kamu nangis ya? Ada apa?"

"Enggak kok aku nggak nangis." alibi Clara.

"Jangan bohong deh. Udah jelas-jelas kalo kamu nangis. Ada apa Ra? Kamu bisa cerita sama aku."

Tanpa aba-aba, Clara memeluk tubuh Arvan dari samping. Persetan dengan murid-murid yang berlalu lalang di sekitar kelasnya dan melihat Clara tengah memeluk Arvan. Yang Clara butuhkan saat ini adalah pelukan agar ia sedikit tenang.

Arvan pun membalas pelukan Clara. Ia mengelus puncak kepala gadis itu. Arvan merasakan jika tubuh gadis itu kembali bergetar hebat. Suara tangisan juga terdengar di telinga Arvan.

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang