Clara berkata pada Bianca dan Adara bahwa dia ingin pergi ke toilet. Clara hanya sendirian karena ia memang tak ingin merepotkan teman-temannya. Clara membiarkan Bianca dan Adara untuk menikmati acara promnight itu.
Selepas dari kamar mandi, Clara berkaca sebentar untuk membenarkan penampilannya. Lalu, ia berjalan keluar dan ingin kembali bergabung bersama Adara dan Bianca.
Brukk...
Karena tak melihat depan, Clara menabrak seseorang. Clara pun langsung menoleh ke orang itu guna untuk meminta maaf."Sorry ya. Gue--" ucapan Clara terpotong saat melihat orang yang baru saja menabraknya. "Loh, kak Rafa?" kejutnya.
"Kalau jalan lihat depan." kata Rafa.
"Iya kak, maaf." gumam Clara tetapi masih bisa di dengar oleh Rafa.
"Yaudah sana balik."
Clara masih diam di tempatnya. Ia memikirkan apakah ia harus bertanya langsung pada Rafa perihal Gladys. Clara benar-benar tak terima jika Rafa memperlakukan Bianca seenaknya. Bianca kurang apa sih? Dia itu cantik, juga baik, tapi mengapa Rafa tega main di belakang Bianca?
"Kok malah bengong? Apa ada yang lo mau sampein ke gue?" tanya Rafa.
"Ehmm...anu..kak...hmm..." Clara bingung memulai pembicaraannya. Ia jadi gugup sendiri di depan Rafa.
"Kenapa sih? Ngomong aja kali." ujar Rafa.
"Enggak jadi deh kak. Aku balik dulu ya! Bye kak Rafa!" ujar Clara yang langsung berlari menjauhi Rafa. Tanpa sadar jika di depannya ada sebuah kabel yang membuatnya tersandung.
Rafa yang sigap pun segera menolong Clara. Rafa menangkap tubuh Clara dari belakang. Kini, posisinya seperti Rafa tengah memeluk Clara dari belakang. Clara bisa merasakan deru napas Rafa yang berhembus di telinganya yang membuat dirinya bergidik ngeri.
"Ohhh, jadi ini yang lo maksud gue harus berhati-hati? Karena lo yang selingkuh di belakang gue? Iya Ra? Nggak nyangka ya gue! Kalau lo emang mau sama Rafa, harusnya lo bilang dong! Nggak usah kasih kode gue kaya tadi. Murahan tau gak?!" ujar Bianca yang tiba-tiba datang diantara mereka. Bianca melihat semuanya, dengan mata kepalanya sendiri bahwa Rafa sedang memeluk Clara, sahabatnya sendiri.
"Bi, gue bisa jelasin, ini nggak seperti--"
"Udah cukup! Nggak perlu lo jelasin lagi, Clara. Mata gue masih normal. Jelas-jelas gue lihat kalau lo lagi pelukan sama Rafa! Tega ya lo!" ujar Bianca marah. Kini, pandangannya beralih ke arah Rafa yang sedari tadi diam. "Lo juga! Dasar genit! Nggak ingat kalau punya gue? Ngapain masih lirik sana sini. Emang ya kalau pelakor tuh pantes bersatu sama si tukang selingkuh!! Biar nanti hancur bareng-bareng!" ucapnya.
Suasana promnight yang awalnya ramai pun kini menjadi sunyi karena keributan yang timbul akibat ulah Bianca. Saat ini, semua orang membentuk lingkaran untuk melhat kejadian perselingkuhan itu. Mereka semua membicarakan Rafa, Clara, bahkan Bianca. Banyak yang berkata bahwa Clara adalah pelakor.
Rafa mencengkram tangan Bianca, cukup kuat hingga Bianca meng-aduh karena kesakitan. Bianca mencoba melepaskan cengkraman tangan itu, namun gagal karena tenaga Rafa lebih kuat dari tenaganya.
Rafa membawa Bianca menjauhi kerumunan itu untuk menyelesaikan semua masalahnya. Rafa hanya tak ingin banyak yang tahu tentang permasalahan yang terjadi diantara mereka. Rafa juga masih punya urat kemaluan, dia tak akan mempermalukan dirinya sendiri di depan umum. Apalagi acara ini adalah acara perpisahan dengan teman SMA se-angkatannya. Rafa tak mau merusak suasana haru itu.
Sedangkan Clara, sejak tadi ia sudah meneteskan air matanya. Dirinya juga merasa sangat malu karena di cap pelakor oleh Bianca yang notabenya adalah sahabat terdekatnya setelah Adara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...