Clara berjalan dengan gontai untuk menuju ke kelasnya. Hari ini ia tak berangkat bersama Arvan. Itu adalah permintaan Clara sendiri. Entahlah, sejak ia menerima cinta Arvan, kini Clara menjadi salah tingkah sendiri jika berhadapan dan berbicara langsung dengan cowok itu.
Ya maklum lah, ini adalah kali pertamanya Clara berpacaran dengan lelaki. Jadi ia belum cukup berpengalaman.
Tangan Clara tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Clara yang terkejut pun hanya bisa mengikuti langkah orang yang menariknya. Clara dibawa ke kamar mandi yang dekat dengan kelasnya.
"Anjir Dara! Ngapain lo tarik-tarik gue? Lo kira gue gak kaget apa?! Untung gue gak punya penyakit jantung!" omel Clara saat ia tahu bahwa Adara lah yang menarik tangannya.
"Jujur sama gue! Lo pacaran sama Arvan?!" tanya Adara to the point.
Mata Clara membulat seketika. Darimana Adara tahu jika ia sudah resmi berpacaran dengan Arvan? Seingat Clara, Clara belum memberitahu siapapun soal ini.
"Lo kok tau?" tanya Clara.
"Jadi bener? Sejak kapan? Ih kenapa lo diem aja sih? Kok gak cerita-cerita sama gue!!!!" Kini malah Adara yang mengomeli Clara.
"Jawab gue dulu! Lo tau darimana?!" tanya Clara. "Nanti gue ceritain." tambahnya.
Adara melipat kedua tangannya di depan dada. "Tuh pacar baru lo lagi traktir anak satu sekolah di kantin." ujarnya.
Mata Clara membulat sempurna lagi. "Apa?! Traktir anak satu sekolah?! Gila! Ngapain?!" tanyanya heboh.
"Katanya buat rayain karena udah jadian sama lo."
"Serius dia bilang gitu?" Clara masih terkejut dan tak habis pikir dengan jalan pikiran Arvan yang benar-benar diluar nalar itu.
"Kalau dia nggak bilang juga gue nggak bakal tau kalau lo udah jadian sama dia."
"Anterin gue ke kantin." ujar Clara, ia langsung menarik tangan Adara dan membawanya ke kantin.
Sesampainya di kantin, suasana sangat ramai. Padahal ini masih pagi. Belum jam istirahat namun kantin sudah dipadati oleh siswa SMA Victoria.
Clara dan Adara melihat Arvan yang duduk di bangku paling pojok belakang bersama dengan kedua temannya, Calvin dan Iqbal. Tanpa pikir panjang, Clara segera berjalan mendekat ke meja itu dan menghampiri Arvan. Sementara Adara hanya mengikuti langkah Clara dari belakang.
Arvan yang melihat Clara berjalan ke arahnya pun tersenyum. Arvan seperti orang yang tak punya dosa, malahan ia melambai-lambaikan tangan ke arah Clara. Padahal Clara menghampirinya untuk memarahi cowok itu.
"Haii Sayang. Mau sarapan ya? Pesen aja gih." ujar Arvan pada Clara.
Clara melipat kedua tangannya di depan dada. "Ngapain sih pake kaya ginian segala? Ngapain buang-buang uang buat traktir anak satu sekolah?"
"Lah kenapa? Aku lagi pengen berbagi kebahagiaan aja karena udah jadian sama kamu. Makanya aku juga pengen semua orang bahagia juga, jadi ya aku traktir mereka untuk hari ini." jawab Arvan.
"Tapi kan nggak usah satu sekolah juga. Gue tau kalau uang lo itu banyak. Tapi bukannya lebih baik kalau ditabung daripada dihambur-hamburin buat hal kaya gini?"
"Waduh, ricuh nih. Pak bos, gue kagak ikutan ye." ujar Iqbal yang sejak tadi melihat perdebatan kedua pasangan baru itu. "Cal, ayo cabut!" ajaknya sembari melihat ke arah Calvin.
Calvin hanya membalas dengan anggukan. Calvin dan Iqbal segera berdiri dan berjalan menjauhi Clara dan Arvan disana. Saat melewati Adara, Calvin memberikan isyarat pada Adara agar pergi juga dan memberikan ruang untuk Clara dan Arvan menyelesaikan masalah diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...