Hari ini kondisi Clara sudah semakin membaik, bahkan dokter pun sudah mengizinkan Clara untuk pulang hari ini. Clara dan keluarganya sangat senang mendengarnya. Kirana dan Sherly pun membantu Clara untuk berkemas dan bersiap untuk pulang ke rumah Angga. Sementara itu, Angga menyelesaikan administrasi rumah sakit Clara.
"Mama berangkat ke Singapura kapan?" tanya Sherly sambil melipat baju-baju Clara dan dimasukkan ke dalam tas jinjing.
"Mungkin 3 hari lagi. Mama masih mau sama kalian dulu. Kangen banget," ujar Kirana.
"Kalau kangen kenapa nggak seminggu lagi aja ma?" Kini, Clara yang bertanya.
Kirana menoleh ke arah anak bungsunya itu. "Urusan pindahan mama dan kakak kamu nggak selesai-selesai dong." ujarnya sembari membelai surai hitam milik Clara. "Tenang aja ya, setelah semua urusan selesai, mama kan bakal menetap di Jakarta. Jadi, bisa sering-sering lihat kamu disini."
Clara mengangguk sembari tersenyum. "Makasih ma,"
Tak lama kemudian, Angga pun datang dan memberitahukan bahwa semua urusan telah selesai. Clara pun bersorak senang akhirnya ia bisa kembali ke rumahnya setelah beberapa hari ia hanya menghirup aroma obat-obatan di rumah sakit. Clara sangat bosan berada disana. Clara juga rindu bersekolah. Sudah lama ia tak masuk ke sekolah, pastinya ia ketinggalan banyak pelajaran.
"Papa habis ini harus meeting karena ada problem di kantor cabang Surabaya. Kalian sama mama dulu ya." ujar Angga. Kini, Angga menoleh ke arah Kirana, "Kamu bisa kan jaga anak-anak di rumah?" tanyanya.
"Iya. Aku bisa. Aku malah seneng bisa main sama anak-anak." balas Kirana.
*****
Sesampainya di rumah, Sherly mengantarkan Clara ke kamarnya. Sherly ikut duduk di tepi kasur kingsize milik Clara.
Tadi, Angga telah berpamitan kepada Clara, Sherly dan juga Kirana bahwa harus berangkat sekarang juga. Sedangkan Kirana saat ini sedang berkutat di dapur dan menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya. Kirana sangat bahagia sekali karena akhirnya ia bisa memasak untuk kedua anaknya lagi.
"Arvan nggak kesini Ra?" tanya Sherly.
Clara yang baru saja meneguk air putih pun meletakkan gelasnya di atas nakas yang berada di sebelah kasurnya. "Udah otw kak." balasnya.
Sherly mengangguk tanda mengerti. "Seneng punya pacar?" tanyanya dengan nada menggoda.
Clara terkekeh. "Apaan sih pertanyaan lo. Garing!" ujarnya. "Lo sendiri, kapan punya pacar?" tanya Clara.
"Lo ngeledek gue ya?! Mentang-mentang udah punya!"
"Gue tanya kak!"
"Sama aja!"
Tokk...tokk...tokk
Pintu kamar Clara tiba-tiba diketuk. Clara dan Sherly saling pandang seperti bertanya 'siapa' namun dalam diam. Tak mungkin jika itu mamanya karena jika itu adalah mamanya, pasti langsung masuk saja tanpa harus mengetuk terlebih dahulu."Bukain kak!" suruh Clara.
Mata Sherly membulat, "Oh jadi sekarang udah berani suruh-suruh gue?" tanyanya bercanda.
Clara cengengesan. "Gue kan masih sakit." ujarnya dengan nada memelas.
"Iya iya, Clara adikku tersayang." ujar Sherly penuh penekanan sembari tersenyum yang sangat-sangat fake. Sementara Clara hanya tertawa penuh kemenangan.
Sherly beranjak dari tempat duduknya, lalu ia berjalan dan membukakan pintu kamar.
"Ohhh kalian! Sana masuk gih!" ujar Sherly saat melihat Arvan, Adara, Calvin, dan juga Iqbal disana. "Ra, gue ke bawah dulu ya. Mau bantuin mama." ucap Sherly, lalu ia keluar dari kamar Clara dan membiarkan teman-teman Clara berada di kamar Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...