~Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa~*****
Arvan telah mengantar Clara sampai di rumahnya. Saat sudah sampai di depan rumah Clara dan gadis itu hendak turun, ada rasa ingin menahan Clara agar tetap bersama Arvan. Egois memang, namun Arvan sangat merasa bersalah saat kejadian tadi menimpa gadis itu. Arvan seperti orang yang tak becus menjaga gadisnya. Tunggu...
Gadisnya? Tidak. Oh atau mungkin belum. Karena sampai saat ini Arvan masih berusaha untuk membuat Clara jatuh cinta padanya. Arvan tak akan menyerah, meskipun Clara tak bisa membalas perasaannya, ia akan tetap menerima karena itu adalah hak Clara. Namun satu janji Arvan bahwa ia akan menjaga Clara dengan sepenuh hati.
"Ra, tunggu..." Akhirnya Arvan pun memberanikan diri untuk menahan Clara terlebih dahulu. Saat ini, Arvan telah turun dari dalam mobil, begitu pula dengan Clara.
"Ya?" sahut Clara.
"Jangan kaya gini lagi ya. Gue khawatir sama lo."
Clara terkejut dengan perkataan Arvan. Hatinya sedikit tersentuh. Ternyata, cowok itu benar-benar tulus padanya. Clara bisa merasakan ketulusan itu.
Clara menyunggingkan senyumnya. "Makasih udah ngelakuin ini semua buat gue." ujarnya.
"Gue bakal selalu jagain lo Ra. Gue nggak mau kejadian kaya gini terulang lagi sama lo."
"Bukan kewajiban lo jagain gue, Ar."
"Tapi gue mau."
Clara menghela napasnya, Arvan tetaplah Arvan. Cowok yang keras kepala dan tak akan goyah dengan keputusan yang sudah diambilnya.
"Sekali lagi makasih." ujar Clara tulus. "Gue masuk dulu ya,"
"Eh Ra tunggu!" Arvan lagi-lagi menahannya dan membuat langkah Clara terhenti. Clara menaikkan satu alisnya untuk menunggu ucapan Arvan selanjutnya.
"Gue boleh peluk lo?" tanya Arvan. "Gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja." tambahnya.
Clara terdiam untuk berpikir sebentar. "Iya boleh." putusnya.
Arvan mengembangkan senyumnya, lalu ia berjalan mendekat ke arah Clara dan memeluk tubuh mungil gadis itu. Kali ini Arvan merasa bahwa Clara membalas pelukannya.
Tetapi...
Tak lama kemudian, Arvan mendengar suara tangis sesenggukan. Ia juga merasa bahwa kemeja yang tengah ia pakai basah. Clara menangis.
Arvan membiarkan gadis itu menangis di pelukannya sampai Clara merasa tenang. Arvan tahu bahwa sejak tadi Clara menyembunyikan semua lukanya di depan Adara dan juga Iqbal. Namun, Clara tak akan semudah itu menipu Arvan pula.
Tangan Arvan membelai surai hitam milik Clara untuk memberikannya sedikit ketenangan.
"Nangis Ra, sampai lo puas. Gue tau lo sakit, dan gue nggak mau lo sakit sendirian." ujar Arvan yang membuat Clara semakin menangis. Arvan merasa pelukan Clara semakin erat.
Tak lama kemudian, Clara melepas pelukannya, ia menundukkan kepalanya sembari menghapus sisa-sisa air matanya menggunakan jari tangan.
"Gue cengeng banget ya Ar jadi cewek." ujar Clara.
Arvan terkekeh, "Emang." jawabnya.
Clara memukul lengan Arvan. "Nyebelin banget sih lo!" kesalnya.
Arvan tersenyum, akhirnya ia bisa melihat senyum Clara yang tidak dibuat-buat meskipun tipis sekali. Arvan masih bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...