CHAPTER 8 | NOBAR

846 63 17
                                    

Marahnya orang pendiam itu lebih seram.

*****

"Ar, lo nggak papa? Sakit ya?" tanya Clara dengan nada khawatir saat ia telah berada di tepi lapangan bersama Adara.

"Nggak papa. Udah biasa, Ra," jawab Arvan sambil meringis sedikit.

"Lo kesakitan gitu masih aja bilang nggak papa." ujar Clara sambil menepuk kaki kanan Arvan pelan.

"Aduhhhhh aduhh, sakit banget sumpah," ujar Arvan memulai drama untuk melihat reaksi Clara.

"Ehh, sakit yaa? Maaf maaf, gue lupa kalo kaki lo yang kanan yang sakit. Maaf," ujar Clara panik.

Arvan memecahkan tawanya, ekspresi Clara sangat lucu baginya.

"Lo bohongin gue ya?!" ujar Clara kesal.

"Lo khawatirin gue kan?" tanya Arvan.

"GAK! PD AMAT LO!!!"

"Heleh, semua pada lihat kali lo panik tadi," ujar Arvan terkekeh.

Muka Clara memerah karena ucapan Arvan. Karena memang benar semua yang diucapkan oleh Arvan.

"Lo bisa lihat kan? Mereka berdua bahagia, Bar. Lo jangan egois dong. Lo jangan maksain perasaan seseorang. Yang ada lo malah sakit hati sendiri," ujar Iqbal pada Bara.

Clara menoleh kepada Iqbal dan Bara,
"For your information, gue gak ada apa-apa sama Arvan kok, Bal,"

"Ada apa-apa juga nggak papa kali." celetuk Iqbal yang dibalas tatapan sinis oleh Clara.

"Buat lo, Bar. Gue udah tolak lo berkali-kali, Bar. Gue nggak suka sama lo. Kenapa lo masih ngejar gue sampe lo rela nyelakain temen lo sendiri?" ujar Clara.

"Dia bukan temen gue." balas Bara melirik ke arah Arvan.

"Ini urusan pribadi, Bar. Jangan bawa-bawa ke tim. Ini juga tentang nama sekolah kita." ujar Clara.

"Gue kecewa sama lo, Bar!" sahut Calvin.

*****

"Ra, tau gak sih. Ini kali pertama loh gue lihat Calvin marah. Biasanya dia kan dingin, cuek, bodoamat sama sekitarnya gitu," ujar Adara.

Saat ini, Clara dan Adara mampir ke restaurant deket SMA Antariksa untuk mengisi perut mereka yang sudah berdemo sejak tadi.

"Ya wajar lah dia marah. Dia itu kapten, Dar. Dia tanggung jawab sama permainan basket tadi. Harusnya tadi juga menang kalo Bara nggak bikin ulah," balas Clara.

"Iya juga sih. Serem juga ternyata kalo marah,"

"Justru marahnya orang yang biasanya bodoamat itu serem."

"Belajar darimana lo? Ahli banget kayanya," ujar Adara terkekeh.

"Ya, ini menurut pendapat gue aja sih,"

"Eh, ngomong-ngomong soal Arvan nih, dia kayanya suka sama lo deh," ujar Adara.

Uhuukkk....uhukkkk....
Clara tersedak setelah mendengar ucapan Adara yang ngaco menurutnya.

"Eh, sorry-sorry, kok lo jadi gugup gitu sih. Jangan-jangan lo juga naksir ya sama Arvan?" tebak Adara.

Clara yang masih meminum es jeruknya pun mendelik ke arah Adara.

"Gue udah bilang kan kalo gak ada apa-apa sama Arvan. Kita cuma temen," ujar Clara.

"Ya untuk sekarang sih temen, Ra. Tapi kan kita gak tau ke depannya,"

CLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang