Kepo dan peduli itu beda tipis. Kadang seseorang hanya ingin tahu tanpa ada keinginan untuk membantu sedikitpun. Tetapi juga ada yang memang benar-benar peduli.
*****
Sinar matahari yang menembus kaca jendela Clara membuatnya terusik. Clara membuka matanya yang terasa sangat berat karena masih mengantuk akibat tadi malam baru saja tidur sebentar.
Tok...tok...tokk..
Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu kamarnya."Clara, bangun nakkk...." ujar Angga, Papa Clara yang berusaha membangunkan anaknya.
"Clara... Udah siang loh ini. Nanti kamu telat lagi," lanjutnya.
Tok....tok...tok...
Pintu tersebut diketuk lagi yang membuat Clara semakin jengah.Tok...tok...tok...
Lagi-lagi suara pintu itu di ketuk."Udah bangun, Pa," teriak Clara dari dalam kamar.
Tok...tok..tok...
"Ck, ganggu aja sih," omel Clara.
Clara berjalan mendekati pintu dan segera membukanya. Saat ia membuka, matanya membulat.
"Mandi!" ujar Arvan, cowok yang sedari tadi mengetuk pintu Clara.
"Lo kok disini?" tanya Clara bingung.
"Mandi!" suruh Arvan lagi.
Clara berdecih, "Iya!"
Kemudian, Clara segera mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Menurut Clara ini masih sangat pagi. Ini masih jam setengah 6. Tetapi, cowok gila itu sudah berada di rumah Clara dengan seragam lengkapnya.
Tidak salah lagi. Cowok itu benar-benar gila!
Sekitar 20 menit, Clara sudah selesai bersiap dengan seragam lengkapnya. Penampilannya masih sama saja. Rambut diikat asal, seragam yang dikeluarkan, kuku tangan yang berwarna, rok yang diatas paha, juga satu kancing atas yang terbuka.
Arvan memperhatikan penampilan Clara dari atas sampai bawah. Arvan menggelengkan kepalanya.
"Apa lo?! Gak usah mesum lihat gue!" ujar Clara sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gak ada cowok yang tertarik sama lo!"
Clara mendelik, "Enak aja lo kalo ngomong!"
"Lo mau ke sekolah atau mau pamer badan?" sindir Arvan.
"Hah?" sahut Clara bingung dengan ucapan Arvan.
"Benerin!" Arvan menunjuk kancing atas seragam Clara yang masih terbuka.
"Hellowww, ini tuh namanya style!" bela Clara.
Arvan segera mendekat ke arah Clara dan meraih kancing tersebut dan kemudian mengancingkannya dengan benar.
Clara mengerjapkan matanya berkali-kali, baru kali ini ada orang yang berani mengomentari cara berpakaiannya hingga ia membenarkan dengan tangannya sendiri. Bahkan, Adara pun tak pernah mengomentari penampilan Clara.
"Kalo lo mau style, jangan di sekolah!" peringat Arvan.
"Eh, Clara udah selesai?" tanya Angga, Papa Clara yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian kantornya.
"Sudah, Om. Kami berangkat dulu ya," ujar Arvan sambil menyalami Papa Clara.
Arvan melirik Clara yang masih diam saja, tak kunjung menyalami Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...