Clara memasang alarm di ponselnya pada jam 4 pagi. Clara tidak mau telat bangun dan ditinggal ke bandara. Clara harus ikut mengantarkan mamanya ke bandara kali ini.
Clara bangkit dari posisi tidurnya, ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu, ia segera berganti pakaian dan bersiap-siap.
Tak lama kemudian, Clara mendengar suara obrolan antara mamanya dan Sherly. Clara segera mengambil jaket rajutnya dan memakaikannya di tubuh. Lalu, ia membuka pintu kamarnya dan turun ke bawah untuk menemui mama dan kakaknya.
"Eh, gue kira belum bangun lo!" ujar Sherly dengan sedikit menyindir.
"Enggak ya. Gue bisa nepatin janji kali. Gue udah alarm!" balas Clara tak mau kalah. Lalu, tatapan Clara beralih ke Kirana. "Mama nggak makan dulu?" tanyanya.
"Udah kok. Tadi mama sarapan roti. Maaf ya buat hari mama nggak bisa masakin kalian karena tadi mama bangunnya juga agak kesiangan, terus mama langsung kesini deh."
"Nggak papa kok ma. Nanti kita bisa minta bantuan bibi buat masakin." balas Clara.
"Mama beneran mau ke Singapura sendirian? Apa Sherly temenin aja ma?" tanya Sherly memastikan kembali.
Kirana menggeleng dan mengelus puncak rambut Sherly. "Enggak usah, Sayang. Mama bisa sendiri kok. Kamu disini aja ya sama papa dan Clara. Jagain tuh adek kamu." ujarnya.
"Ih Clara bukan anak kecil yang harus dijaga-jagain tau ma!" ujar Clara tak terima dengan ucapan Kirana.
Kirana terkekeh geli. "Tapi bagi mama Clara dan Sherly itu tetap gadis kecilnya mama." ujarnya.
"Aaa mama!!" ujar Sherly yang langsung menghambur ke pelukan Kirana. Begitu pula dengan Clara yang langsung mengikuti perilaku Sherly.
Hanya sebentar pelukan itu terjadi. Sherly melepaskan pelukannya.
"Ini papa kemana sih? Lama banget daritadi ditungguin." ujar Sherly sembari melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
Tak lama kemudian, Angga baru saja keluar dari kamarnya. "Kaya ada yang ngomongin papa. Ada apa?" tanya Angga.
"Papa sih lama banget. Kan kasian mama kalo nanti telat pesawatnya."
"Iya maaf. Ayo berangkat sekarang."
*****
Clara, Sherly, Kirana, dan juga Angga sampai di bandara pada pukul 05.30 WIB. Hanya tersisa 30 menit untuk keberangkatan Kirana. Kirana harus segera bersiap-siap untuk naik ke pesawat sekarang juga.
Kirana memeluk Sherly dan Clara secara bergantian. Tanpa sadar, air mata Kirana jatuh. Begitu juga dengan Sherly dan Clara.
"Kalian disini baik-baik ya. Nurut kata-kata papa. Jangan bandel. Tunggu mama pulang kesini lagi." ujar Kirana pada Sherly dan juga Clara.
"Buat Sherly, jagain adiknya ya. Jangan biarin dia berbuat aneh-aneh. Mama yakin kamu pasti bisa jagain Clara. Temenin dia terus ya."
"Buat kamu Clara, jangan bandel-bandel lagi ya. Kalo pacaran sama Arvan harus tau batasan, jangan aneh-aneh. Awas kamu. Mama punya cctv loh!" ujar Kirana yang mencoba bercanda.
Clara tersenyum mendengarnya. "Mama hati-hati ya. Baik-baik disana. Jaga diri mama. Jangan lupa kabarin kita terus ya biar kita bisa pantau kondisi mama dari sini. Jangan lupa cepet balik kesini! Clara selalu menunggu mama." ujarnya.
"Iya mama pasti bakal sering-sering telfon kalian." ujar Kirana yang membuat Clara menghela napas lega. Kirana mengalihkan tatapannya pada Angga, "Mas, aku titip anak-anak ya. Aku pergi dulu." ujarnya pada Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...