Clara mulai membuka matanya. Perlahan, ia mulai melihat secercah cahaya yang ada di sekitarnya. Mata Clara mulai menelisik ruangan yang ia tempati saat ini. Namun, ia benar-benar tak mengerti ia berada dimana. Clara melihat tangan dan kakinya yang sudah terikat ke belakang dengan tali dengan tubuhnya yang didudukkan di kursi.
Ingatan Clara terputar kembali saat ia berada di butik dengan Adara. Saat itu, ia masih asyik melihat gaun-gaun cantik disana. Tiba-tiba, mulut Clara ditutup dengan kain dan ingatan Clara sudah terhenti sampai disitu karena ia pingsan setelahnya.
Cklekk...
Pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan seseorang yang menggunakan jaket kulit berwarna hitam dengan celana jeans yang warnanya senada pula. Cowok itu berbadan tinggi dan tegap, dengan mulut yang ditutup menggunakan masker hitam. Clara belum bisa mengenali itu siapa, namun yang terlintas di pikiran Clara adalah orang ini yang sudah menculiknya dan membawanya kesini."Lo siapa?" tanya Clara memberanikan diri.
"Masa lo gak tau gue siapa?" Orang itu bertanya balik.
Clara terdiam, ia seperti mengenal suara itu, namun ingatannya seperti terhenti otomatis. Clara menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas wajah cowok itu melalui matanya. Namun, Clara belum mendapatkan jawabannya.
Cowok itu mulai membuka maskernya dan menampakkan wajahnya. Saat telah terbuka, Clara sangat terkejut, ternyata itu adalah orang yang sangat ia kenal pula.
"Lo? Lo ngapain kaya giniin gue?!" teriak Clara histeris. "Lepasin gue sekarang!!!"
"Gak segampang itu kali! Gue udah susah-susah bawa lo kesini masa gue mau lepasin gitu aja." ujar cowok itu sembari tertawa.
"Terus mau lo apa, Bara?!" teriak Clara lagi.
"Santai dulu disini. Anggap aja rumah sendiri." kekeh Bara. Orang yang menculik Clara adalah Bara. Bara yang dari dulu menyukainya namun cintanya tak pernah dibalas oleh Clara karena Clara tak pernah menyukai cowok itu. "Gue maunya lo, Ra. Kaya gini aja gue udah seneng banget karena bisa berduaan sama lo." ujar Bara lagi.
"Gila lo Bar! Lepasin gue sekarang atau gue teriak?!" ancam Clara.
Bukannya takut, Bara malah tertawa keras. "Teriak? Teriak aja, mana ada orang yang bakal nolong lo disini. Ini daerah terpencil Ra!" ujarnya.
"Mau lo apa sih Bar?" tanya Clara yang matanya mulai digenangi air mata.
Bara yang melihat Clara ingin menangis pun panik. Bukan maksud Bara untuk menyakiti gadis itu. Namun, mengapa gadis itu menangis?
"Ra jangan nangis." ujar Bara.
"Lepasin gue sekarang."
"Gue mau sama lo disini. Gue nggak bisa pakai cara halus buat dapetin lo, makanya sekarang gue pakai cara kasar buat dapetin lo."
"Tapi nggak gini caranya Bar! Lo kaya gini semakin buat gue muak tau gak?!" Clara mulai memaki Bara lagi. Air matanya perlahan masuk ke dalam lagi karena ia seperti mendapat kekuatannya kembali dan tak menangis di depan cowok bajingan seperti Bara.
"Jangan buat gue semakin kasar karena sikap lo yang kaya gini, Clara!" ujar Bara tak kalah sengitnya.
Nyali Clara mulai menciut, tetapi ia tak mau menunjukkan ketakutannya di depan Bara karena itu bisa semakin membuat Bara merasa menang.
Bara berjalan mendekat ke arah Clara dan membuat Clara menundukkan kepalanya. Bara memegang dagu Clara dan mengangkatnya agar ia bisa menatap Clara lebih leluasa. "Lo bakal jadi milik gue seutuhnya malam ini." ujar Bara tersenyum sinis.
"Maksud lo?!" tanya Clara bingung.
"Lihat aja nanti."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...