Clara masuk ke dalam rumahnya. Sunyi. Itulah keadaan rumahnya setelah semuanya berubah. Rumah yang dulu adalah tempat favoritnya, kini menjadi tempat yang sangat buruk baginya. Rumah yang dulu ia selalu rindukan, kini menjadi suatu tempat yang sangat ia benci.
Clara menaiki tangga untuk segera masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Lalu, ia akan segera tidur agar pusing di kepalanya sembuh.
"Clara.." panggil seseorang saat Clara baru saja mau menginjakkan kaki di anak tangga.
Clara menoleh sebentar, dan menaikkan satu alisnya seolah berkata 'apa?'.
"Papa lihat nggak ada mobil kamu di depan. Dimana mobil kamu?" tanya Angga yang baru saja datang, 5 menit setelah Clara datang.
"Ada." balas Clara singkat.
"Iya, tapi dimana Clara?" tanya Angga lagi.
"Kalo misal hilang, gimana?" pancing Clara.
"Clara, Papa tanya serius!" ujar Angga yang mulai tersulut emosinya karena perkataan Clara.
Clara mengangkat kedua bahunya, kemudian ia melanjutkan langkahnya untuk segera menuju kamarnya.
"CLARA, PAPA BELUM SELESAI BICARA!" teriak Angga.
Clara sama sekali tak menggubris teriakan Papanya. Ia lebih memilih untuk segera masuk ke kamarnya.
Clara segera merebahkan tubuhnya diatas kasur kingsize nya dan menatap langit-langit kamarnya.
Lagi-lagi, Clara merasakan kepalanya berdenyut, ia memijatnya perlahan lagi.
"Lo bisa kompres pake air dingin di kepala lo yang sakit. Besok pasti sembuh,"
Kata-kata cowok gila yang dilontarkan kepadanya tadi membuat Clara ingin mencoba cara yang disarankan oleh cowok itu.
Clara membuka lemari es yang ada di kamarnya dan mengambil air dingin yang ada di dalam botol. Kemudian, Clara mengambil sebuah mangkok kecil dan mengambil handuk kecil. Dengan perlahan, Clara mengompres kepalanya dengan air dingin itu.
Saat sedang mengompres kepalanya, tiba-tiba ponsel Clara berbunyi. Clara melirik layar ponsel yang ada disebelahnya.
Kak Sherly is calling...
Clara memutar bola matanya malas dan tak menghiraukan panggilan itu.
Tetapi, tiba-tiba ponsel Clara kembali berbunyi. Kali ini adalah chat yang masuk.Clara membuka aplikasi whatsapp nya dan membuka chat dari kakaknya itu.
Kak Sherly
Apa kabar, Ra?
Kamu sama Papa sehat kan?
Angkat telfon kakak dong☹️Clara menghembuskan napasnya kasar. Kakaknya masih saja mengganggunya. Padahal, Clara benar-benar ingin lepas dari apapun yang berhubungan dengan keluarganya. Ia membenci semua orang yang berhubungan dengan itu.
Layar ponsel Clara kembali ia matikan. Clara melanjutkan kegiatan mengompresnya sambil memejamkan matanya sebentar.
Tetapi, lagi-lagi ponsel Clara menyala dan menunjukkan bahwa ada notifikasi chat yang masuk disana. Clara mengambil ponselnya lagi dan membukanya.
Mama
Clara, Mama sama Kakak rindu kamu
Tolong angkat telfon ya...
Atau kamu balas pesan ini, sayang
Love you baby♥Clara melemparkan ponselnya di atas kasur. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera mandi. Mungkin itu akan membuat keadaan lebih baik. Clara sedang tak mau berhubungan dengan siapapun yang ada di dalam masa lalu kelamnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARA
Teen FictionSetelah bertemu kamu, luka terasa lebih ringan - Clara Silviana Dirgantara Clara Silviana Dirgantara, gadis yang awalnya sangat ceria, humble dan nyaris tak pernah melanggar peraturan kini berubah 180°. Itu semua disebabkan oleh kondisi keluarganya...