DS; 44

80 10 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Different Star © Group 2

Part 44 — Created by alifiyani

▪︎▪︎▪


Harun bersama dengan Pak Fauzi sekarang, membicarakan tentang masalah yang dialami Bara. Bara ingin bukti, dan  satu-satunya cara hanya Pak Fauzi yang bisa membantu Bara.

"Bagaimana, Pak? Apa Bapak mau membantu Bara?"

Fauzi hanya terdiam, dia sudah memikirkan apa resiko yang dia dapat. Tentang kematian Abi, Bara sangat terpukul sekarang apalagi Bara sudah tau sebenarnya.

"Iya, saya mau. Tapi Pak, bagaimana kita bisa mengumpulkan buktinya? Sedangkan saya hanya sebagai saksi mata."

Harun berpikir keras mengingat Pak Fauzi yang sudah tertekan.

Harun harus bisa menyusun rencana matang-matang. Bara sekarang sudah bisa meneruskan proyek Papanya. Dan tinggal kematian Abi yang perlu buktinya.

Tapi dibalik percakapan Harun dan juga Pak Fauzi ada yang sudah mendengar percakapan mereka berdua. Dan Harun sudah tau lebih dulu siapa yang telah memantau mereka dari arah jauh.

Harun tersenyum miring, melihat orang itu yang sudah mendengarkan percakapan tadi. Sepertinya dia akan melapor kepada tuannya sekarang. Dan orang itu sudah terperangkap.

****

Kring! Kring! Kring!

Bel Pulang sekolah sudah berbunyi. Bara langsung mengambil tas nya dan tanpa pamit dia bergegas untuk pulang.

Hati siapa yang tidak sakit melihat Bara yang sudah tidak peduli kepadanya. Starla, orang yang selama ini selalu ada di hidup Bara sekarang sudah mulai tidak dianggap. Starla menatap miris punggung Bara yang sudah menjauh.

"Kamu kenapa, Bar?"

Keano yang sadar dengan sikap Bara, dia memutuskan untuk mengejar Bara. Sahabatnya itu semakin hari semakin berubah. Kepada Starla  saja dia sudah dingin. Apalagi kepada Keano, berbicara saja hanya seperlunya tadi.

"Bar!" Panggil Keano membuat Bara berhenti berjalan menuju ke arah parkiran.

Keano mendekat kearah nya.

"Lo kenapa, sih? Akhir-akhir ini lo berubah! Kalo ada masalah itu, cerita," ucap Keano.

"Perasaan lo aja kali, gue gak berubah tuh, biasa aja," elak Bara meskipun itu memang benar adanya tapi Bara tidak bisa bercerita dengan Keano sekarang. Dia butuh waktu yang tepat untuk menceritakan masalah yang dia hadapi. Apalagi ini bersangkutan dengan kematian Almarhum Papanya. Keano tidak harus tau apa yang terjadi. Cukup dia selesaikan sendiri.

"Yah, seenggaknya jangan buat Starla jadi murung," ucapan Keano tidak disahuti oleh Bara. Dia menaiki sepeda motornya lalu pergi tanpa pamit.

Keano sama sekali tidak percaya dengan sikap Bara seperti itu.  Sahabatnya itu telah berubah, tidak seperti bisanya.

Keano yakin, Bara pasti memiliki masalah dalam keluarga nya.
.
.
.
Bara melajukan motornya dan menuju kearah perusahaan milik Harun. Sesuai dengan suruhan Harun dia harus kesana untuk mempelajari berkas penting lagi.

Setibanya di sana, dia langsung diberi izin untuk bertemu dengan Harun, tapi sebelum dia pergi. Bara disuruh untuk menunggu karena Harun masih keluar.

Lama dia menunggu akhirnya Harun datang bersama dengan Pak Fauzi. Bara bertanya-tanya kenapa Harun mengajak Pak Fauzi ke kantornya?

"Bara, kamu sudah sampai? Ayo kita masuk," ajak Harun menuju kedalam ruangannya bersama Pak Fauzi.

"Pak Fauzi kenapa disini, Om?"

"Tadi kita tidak sengaja bertemu di cafe, jadi mau tidak mau Om ajak saja dia kesini sambil membicarakan masalah kamu sekarang," jelas Harun.

"Jadi Pak Fauzi sudah mau membantu saya, Pak?" tanyanya mengarah kepada Pak Fauzi. Pak Fauzi tersenyum mendengar Bara yang sudah senang karena dia mau membantunya.

"Makasih ya, Pak," ucapan terimakasih dari Bara membuat dia juga ikut senang melihat Bara seperti itu.

Sesederhana itu melihat orang lain senang, Pak Fauzi yakin Bara pasti bisa mengumpulkan bukti sehingga orang itu dipenjara sesuai hukum.

"Oh iya, tentang berkas-berkas yang harus kamu pelajari hanya sedikit. Jadi kamu bisa pelajari disini saja, " ucapnya sambil memberikan berkasnya.

"Maaf, Nak Bara, Pak Fauzi harus pamit dulu. Makasih ya Pak sudah mengajak saya kesini."

"Iya Pak, tentang masalah itu kita akan bicarakan nanti," ucap Harun membuat kening Bara berkerut.

Setelah Pak Fauzi pamit Bara langsung menanyakan hal itu. "Om mau bicarakan masalah apa?"

"Tentang kematian Abi. Cepat atau lambat kamu harus bisa membuatnya dipenjara Bara."

"Tapi Om, Bara kan gak punya bukti apa-apa."

"Om sudah tau semuanya Bara, suruhan dari orang itu baru saja menguping percakapan kami berdua."

"Yang mana, Om? Yang pernah Bara curigakan kemarin?"

"Iya, dia sudah tau."

"Kenapa Om tidak hati-hati?"

"Tenang saja Bara, Om sudah memikirkan hal itu. Sejak kamu menyuruh Om untuk pindah tempat, Om sudah menyuruh orang untuk membuntutinya dari belakang," ucapan Harun sukses membuat Bara terkejut. Jadi Harun sudah memikirkan rencana yang sangat matang.

"Jadi ... orang suruhan itu, siapa Om?" tanya Bara.

Harun tidak menjawab, masalahnya dia masih belum tau siapa orang itu. Harun hanya tau dia itu adalah orang suruhan dari pembunuh. Dan Harun sudah melacak tempat orang itu berada tanpa tau namanya siapa. Yang jelas Harun tau, orang itu sangat pandai dalam urusan menguping.

****

Seorang pria dengan balutan jas nya sedang mengadakan rapat di dalam perusahaan nya. Perusahaan yang dia bangun dari dulu sudah sukses karena sifat licik nya.

Dia sangat bangga dengan hasil kerja keras nya dulu. Kerja keras untuk bisa memiliki apa yang dia mau.

Baru saja dia memulai rapat. Seseorang mengetuk pintu dan itu adalah Ivan suruhan Daniel. Iya, orang yang selama ini menjadi musuh Bara sekarang.

"Maaf, Pak. Kita harus bicara sekarang," ucap Ivan seperti ingin memberi tau sesuatu.

Mau tidak mau Daniel meminta ijin untuk keluar.

"Ada apa?"

"Mereka sepertinya ingin membuat bapak dipenjara."

"Benarkah?" Tanya Daniel seperti meremehkan.

"Kenapa Bapak begitu tenang? Bagaimana jika Bapak tertangkap?"

"Apakah bisa mereka menangkap saya tanpa bukti apapun? Sedangkan bukti itu sudah hilang," ucapnya dengan nada yang sangat remeh. Begitu percaya diri.

"Tapi Pak, Bapak sepertinya harus hati-hati."

"Halah! Sudahlah, kamu tidak usah perlu khawatir, toh kamu juga saya bayar."

"Tapi, Pak ... mereka sudah punya saksi mata, saya dengar mereka akan membuat Bapak tertangkap dengan saksi yang melihat kejadian itu," ucap Ivan yang sepertinya sudah merasa aneh.

"Sudahlah! Mereka tidak akan tau. Kamu lebih baik pergi, dan pikirkan bagaimana caranya agar tender minggu depan itu, bisa kita menangkan," ucap Daniel.

Dengan langkah yang berat Ivan memutuskan untuk pergi tanpa tau bahwa ada yang sudah membuntuti nya sejak lama.

Begitu juga dengan Daniel yang masih tersenyum miring mendengar mereka akan menjebloskan dia ke penjara.

'Mau berbuat apapun kalian tidak akan pernah bisa,' ujarnya dalam hati penuh percaya diri.

Namun, di balik tembok, seseorang tengah tersenyum miring, pembalasan Bara akan membuat Daniel menderita dengan bukti yang dia miliki.

Tapi itu belum cukup, dia akan mencari bukti satu kali lagi dan akan mengumpulkan nya satu persatu.

TBC♥️

02;Different star✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang