DS; 33

95 13 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Different Star © Group 2

Part 33 — Created by Imah224

▪︎▪︎▪


Bara sedang berada di suatu tempat yang sangat asing baginya. Ia tak pernah melihat tempat ini sebelumnya. Dimana dirinya sekarang? Tersesatkah ia? Bara terus berjalan sepembawa hatinya meski tak tau arah tujuan.

Tak ada orang disini. Tempat ini begitu aneh. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Mengapa dirinya ada di tempat ini.

"Bara," seseorang memanggil namanya.

Bara celingak-celinguk mencari asal suara itu. Tapi tak ia temukan siapa pemilik suara.

"Bara, kemarilah," panggil suara itu lagi.

"Siapa itu?"

"Bara, ini Papa, Nak."

Orang itu tepat ada di depannya sekarang. Bagaimana mungkin? Benarkah apa yang dilihatnya?

Bara mengucek matanya. Memastikan bahwa yang dilihatnya bukan halusinasi karena kerinduan teramat dalam pada papanya.

"Gak mungkin, bukannya Papa udah—"

"Bara, Papa memang sudah tak ada lagi di dunia. Tapi Papa akan selalu ada di hati kamu, Mama kamu, dan juga Adik kamu. Rasa sayang dan cinta akan selalu menyatukan kita, meski kita telah berbeda dunia," ucap laki-laki itu lembut. Ia peluk anaknya itu.

"Papa." Bara meneteskan air matanya, "Bara rindu, Papa. Papa pergi terlalu cepat."

"Itu semua sudah takdir, Nak. Tak perlu kamu bersedih. Jalanilah kehidupanmu yang sekarang. Tapi berhati-hatilah, Nak. Banyak orang baik, tapi tak sedikit pula orang jahat. Ingat, jangan pernah mendendam. Karena dendam hanya akan menghancurkanmu," nasehatnya bijak.

"Apa maksud, Papa?" tanya Bara. Ia tak mengerti maksud orang tuanya itu. Dilepaskannya pelukan papanya.

"Suatu saat nanti kamu akan mengerti, Bara. Papa harus pergi. Selamat tinggal, Bara."

"Papa mau kemana? Jangan tinggalin Bara lagi, Pa," mohon Bara.

Laki-laki yang tak lain adalah Abi itu tersenyum. Perlahan ia menghilang dari pandangan Bara.

Bara ingin mengejar, tapi tubuhnya tertahan di tempatnya berdiri. Ia tak mampu menggerakkan kakinya meskipun hanya selangkah.

"Papa! Jangan pergi, Pa!" teriak Bara.

***

"Papa ... Papa ... Papa!"

"Bara, bangun Bara. Bara. Kamu kenapa, Bar?" Hani menggoyang-goyangkan tubuh Bara.

"Astaghfirullah!" Bara terbangun. Reflek ia langsung terduduk.

"Kamu kenapa, Bar? Mimpi sampe teriak-teriak gitu. Ntar tetangga keganggu lagi."

"Bara mimpi ketemu Papa, Ma."

"Apa?"

Bara tak menjawab pertanyaan mamanya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Ia coba mengontrol dirinya.

"Kamu gak apa-apa kan, Bar?" tanya Hani khawatir.

"Bara gak apa-apa, Ma."

"Kamu pasti sangat merindukan Papa mu, kan? Makanya kamu sampai mimpiin dia. Tenangin diri kamu."

02;Different star✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang