DS; 42

79 11 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Different Star © Group 2

Part 42 — Created by Imah224

▪︎▪︎▪

Berada di sebelah Bara membuat diri Starla merasa tersiksa. Bagaimana tidak, Bara hanya merespon dirinya seperlunya saja. Bara tak seperti biasanya, ia berubah tanpa alasan. Seolah-olah Starla telah membuat kesalahan besar yang tak termaafkan. Tapi apa? Bukankah Bara sudah memaafkannya. Lagipula Bara pasti mengerti bahwa hubungan Starla dan Haikal hanya sebatas sahabat.

Begitupula dengan Bara. Ia juga tersiksa. Tapi rasa marahnya tak dapat dikendalikan. Ia sangat kecewa. Bukan karena melihat Starla bersama Haikal. Tapi karena Starla adalah bagian terpenting dalam hidup orang yang telah melenyapkan nyawa papanya.

Bara tau, Starla tak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Tapi melihat wajah Starla membuatnya teringat pada wajah pembunuh Papanya.

Pak Harto yang berada di depan kelas tengah menjelaskan teori limit fungsi aljabar. Tak lama lagi pasti ia akan memberikan tugas untuk murid-muridnya.

"Bara," panggil Starla pelan. Tangannya menyentuh pundak kiri Bara.

Tangan kanan Bara melepaskan tangan Starla. Ia sama sekali tak menoleh kearah Starla.

"Bar," panggil Starla lagi.

"Maaf, La. Aku minta sama kamu, untuk sementara ini tolong jauhin aku dulu. Tolong kasih aku waktu." Bara terpaksa mengucapkan kata itu meski sangat berat. Sanggupkah dirinya jika ia jauh dari Starla.

Starla mendesah kecewa. Apa yang Bara sembunyikan darinya. Bara tak pernah seperti ini.

"Kasih aku penjelasan, Bar. Aku harus tau apa alasannya. Kamu udah maafin aku, kan?"

"Ini gak ada hubungannya sama Haikal. Aku tau Haikal itu sahabat kamu. Aku juga yakin dia gak akan merebut kamu dari aku. Tapi ada masalah lain yang gak bisa aku jelasin, La." Bara mencoba memberi pengertian pada Starla.

Starla bertanya-tanya dalam hatinya. Masalah apa yang membuat Bara sampai berubah sedrastis ini padanya. Sebesar apa masalah itu sampai-sampai Bara tak bisa memberitahunya.

Bara berpindah tempat duduk. Ia biarkan Starla duduk di belakang sendirian. Bara sengaja memilih tempat duduk disamping Keano yang selalu kosong. Karena sejak awal berada di kelas XII, Keano tak mempunyai teman duduk.

"Ngapain lo pindah kesini? Kangen sama gue?" goda Keano.

"Jijik gue sama lo."

"Kasian tuh Starla sendirian." Keano melirik kearah Starla yang duduk sendirian di kursi belakang.

"Udahlah, biarin aja," sahut Bara santai.

"Sejak kapan lo gak perduli sama Starla? Biasanya lengket terus kayak perangko. Lo masih waras kan?"

"Emangnya lo kira gue gila kayak lo."

"Astaghfirullah, Bar. Lo ngatain gue gila."

"Diem ah, berisik."

"Siapa suruh duduk disini."

Bara tak menyahut lagi. Tak ada gunanya ia terus berbicara dengan Keano. Gak ada untungnya.

"Silahkan kalian kerjakan soal halaman 90. Kumpulkan sebelum bel istirahat berbunyi," perintah Pak Harto.

"Ya elah, Pak. Baru juga sebentar jelasinnya, maen kasih tugas aja. Saya kan belum ngerti, Pak," celutuk Keano.

02;Different star✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang