Chapter 6.2

283 8 0
                                    


Rukongai.

“Kita sedang diawasi, ya.”

Ginjou Kugo sedang berjalan menuju kediaman Shiba tempat dia menumpang, di jalan setapak yang terletak di pinggiran Rukongai.

Sambil menjaga pandangannya ke depan, dia berbisik dengan suara yang hanya didengar oleh dua rekan yang berjalan di belakangnya.

“Musuh?”

“Hmm… sepertinya begitu.”

Tsukishima Shuukurou dan Kutsuzawa Giriko yang berada di belakangnya menjawab sambil mempertahankan postur alami agar tidak menimbulkan kecurigaan pada pengintai mereka.

“Perasaanku saja. Tapi aku merasakan hawa jahat seperti yang pernah kurasakan dari Lencana Shinigamiku dulu.”

Ucap Ginjou sambil memegang liontin yang menggantung di dadanya.

“Bagaimana kalau petinggi Shinigami yang menyerang kita karena Hisagi Fukutaichou itu menggali keberadaan kita… bukannya itu masuk akal?”

Dalam hatinya, Ginjou setuju dengan kata-kata Giriko.

Dilihat dari karakter pemuda bernama Hisagi itu, dia pasti akan menanyakan pada kapten-kapten terdahulu tentang kebenaran kasus mereka.

Ginjou memutuskan bagaimanapun caranya, mereka tidak boleh gegabah. Namun penyerang mereka tak memberi waktu berpikir lebih.

Sebuah petir melesat ke arah mereka dari belakang. Lebih tepatnya, itu adalah sebuah panah yang mempunyai tegangan tinggi.

“Hei, hei… yang benar saja…”

Meskipun masih dibawah kecepatan petir yang sesunguhnya, namun panah reishi itu masih terbang dengan kecepatan yang pantas disebut ‘secepat kilat’.

Mereka menghindar hanya dalam sepersekian detik. Ginjou mengayunkan pedang besarnya dan menebas panah reishi itu hingga melebur di udara. Mulutnya tersenyum sambil mengarahkan pedangnya ke arah sumber panah reishi tadi.

“Ha… sangat lambat untuk sebuah halilintar, bukan? Jangan bilang ini Teknik terbaik yang kau punya…”

Ginjou bicara seolah untuk memprovokasi musuh yang belum menunjukkan dirinya. Giriko yang ada agak jauh darinya juga ikut angkat bicara.

“Hmmm… meskipun sering disalah sangka, kecepatan petir tidak lebih cepat dari kecepatan cahaya. Ditambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara dan tekanan atmosfir, angka-angka kecepatannya cenderung berubah. Astaga, kecepatan benar-benar hal yang ambigu dibandingkan dengan aliran waktu, bukan?”

“Ada apa denganmu kok bicara aneh begitu?” Sambung Ginjou.

Tsukishima yang bersandar di belakang pohon, tiba-tiba ikut angkat bicara.

“Sungguh keyakinan buta mengatakan kalau aliran waktu itu adalah konstan. Apa kau lupa tentang kekacauan waktu di Dangai atau Fast Forward milik Yukio?”

“Tsukishima-san merasa begitu karena dia tidak menyerahkan dirinya kepada Dewa Waktu. Dalam arti sebenarnya, distorsi ruang-waktu, relativitas dan sebagainya adalah hal-hal yang tidak berarti di hadapan aliran waktu yang bersemayam di wilayah subjektivitas seseorang.”

“Jadi, apa yang kalian bicarakan?”

Ginjou bicara seolah dia jengkel saat berbalik melirik kearah kedua orang itu, tetapi dia menyeringai di benaknya ketika melihat keduanya.

Giriko secara spontan mengambil jam dari sakunya dan Tsukishima sudah menutup bukunya—tangannya sekarang memegang pembatas bukunya.

Meskipun mereka tidak yakin seberapa banyak informasi yang diketahui musuh tentang mereka, setidaknya ketiga orang ini memegang senjata khusus mereka masing-masing.

Can't Fear Your Own WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang