Chapter 18

198 6 0
                                    

Kehidupan Aura awalnya adalah kehidupan tanpa arah, begitu pasif nan apatis, sangat monoton tak ada perubahan. Dia tak memiliki terikatan pada apapun, dia bahkan tak begitu menyukai mengapa dia harus bernafas di dunia yang tak bisa dia mengerti itu.

Karena itulah, dia tak punya alasan untuk menolak ajakan Tokinada. Dia hanya begitu tertarik untuk menyempurnakan Fullbringnya. Dengan menerima ajakan Tokinada, dia cukup melakukan apa yang dia suka.

Namun, awalnya, dia tak pengerti apa yang menjadi tujuan Tokinada.

Aura hanya diminta untuk mengalahkan Hollow, terus mengalahkan hollow hingga dia menyadari apa yang terjadi pada tubuhnya. Kemampuan dasar fullbringnya menjadi sangat kuat, hampir mengerikan. Dia bisa menjalani kehidupannya berbeda dengan dulu. Dia menikmatinya dan merasa nyaman dalam kehidupannya yang sekarang.

Tapi Aura tak begitu tertarik dengan harta dan kekayaan, tak ada alasan baginya untuk menginginkannya. Karenanya dia memutuskan untuk mengikuti arus dan mengikuti perintah Tokinada.

Permainan Tokinada dimulai sejak dia mencuri zanpakutou milik Shinigami. Zanpakutou itu mampu mengendalikan arus temporal hingga dia bisa menemukan Kyogoku yang begitu luas. Selanjutnya Tokinada fokus mempelajari Tenkai Kecchu yang diciptakan oleh Urahara.

Aura mencuri prototipe milik Urahara dan menyerahkannya pada Tokinada. Kemudian dia menciptakan ribuan tiruan dari benda itu.

Demi mencapainya tujuan, mereka butuh pengikut. Hingga akhirnya sekte agama mereka tercipta. Sebenarnya, mereka hanyalah tumbal yang dibunuh sehingga mereka bisa ke Soul Society dan menjadi roh. Mereka dijadikan bahan percobaan untuk menjadi inang baru Raja Roh.

Tahta untuk menopang dunia baru juga dibutuhkan. Aura menciptaan sebuah kastil besar dalam kyougoku dan menawarkannya pada Tokinada.

Selama perang antara Shinigami dan Quincy, Kediaman Empat Bangsawan agung juga diserang oleh para Quincy. Tokinada sendiri tidak ada di sana, dia sibuk mennyalin zanpakutou untuk dirinya sendiri. Setelah peperangan berakhir, barulah dia mulai bergerak.

“Aku ingin kau membuat tubuh raja baru untukku.”

Begitu Tokinada memulai pembicaraannya.

Memang, dia memanfaatkan anggota sekte mereka untuk penelitian. Namun hasilnya tak sesuai dengan harapan mereka.

“Apa itu berarti aku harus melahirkan seorang anak?”

Aura bertanya cukup serius. Tokinada tertawa.

“Hahaha! Tidak, tidak, tidak! Tentu saja bukan itu. Aku tak akan memandang wanita sebagai bahan untuk melahirkan. Lagipula pernah punya istri. Walaupun sebenarnya dia hanya mainanku.”

Tumpukan konpaku tergeletak di depan mereka. Mayat demi mayat bertumpuk. Shinigami, Quincy bahkan manusia.

“Sebagian besar Aku mengumpulkan ini dari medan perang. Ada juga mayat Fullbringer di antara tumpukan ini.”

Komponen lain dikeluarkan oleh Tokinada.

Jelas berbeda dari tumpukan mayat itu, ini hanyalah sebuah tabung yang berisi otak mengambang di dalamnya. Benda ini tak hidup, namun tampaknya memiliki kehendak sendiri.

Aura merasa dirinya beresonansi dengan kehadirannya. Tetapi dia tidak tahu ada apa dengan benda itu. Dia cukup kebingungan. Tokinada membuyarkan pikirannya.

“Sekarang waktunya bekerja. Tak harus berbentuk seperti manusia. Kita sudah memiliki satu otak yang cukup. Kita hanya perlu Saketsu dan Hakusui. Selama dua hal itu berfungsi, tubuh ini akan tetap hidup dalam kondisi apapun.”

Can't Fear Your Own WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang