"Sayang?"
Aku mengulangi sapaan Mitha dengan penuh tanda tanya dan menjauhkan hp dari telinga memastikan sekali lagi Mitha tidak salah telepon, tapi dari ujung sana Mitha terus merancau.
"Maksud lo apa Mit?" Tegurku sekali lagi tapi Seakan tidak peduli dengan pertanyaanku, Mitha tetap berbicara aneh yang sama sekali aku gak tau maksudnya.
Aku tidak punya pilihan lain selain mendengarkan dia berbicara, sesekali dia menekan ujung pertanyaanya seolah menyuruhku menjawabnya, dan aku hanya bisa bergumam.
"Sayang, aku tutup dulu ya nanti telepon lagi!"
Mitha mengakhiri teleponnya, dan kerut di dahiku masih belum hilang. Masih terlalu bingung dengan apa yang Mitha lakukan, kenapa dia tiba-tiba memanggilku sayang?
Melupakan ketidakjelasan Mitha, aku ingin melanjutkan rencanaku tadi untuk menemui Mutia tapi aku putuskan untuk menemui Rifky dulu.
"Gue bisa ketemu Mutia gak? Kayaknya gak sopan kalau gue asal masuk ke kamar lo!"
"Lah, gimana ini? Jadi lo belum ketemu Mutia, Bang?"
"Belum, gue baru selesai telepon!"
"Kirain tadi udah ketemu, Mutia baru aja pulang."
"Udah lama?"
"Ya baru 5 menitan yang lalu Bang!"
Aku hanya bergumam lalu menjatuhkan diri lagi di sofa, diikuti Rifky yang tidak hentinya menyuruhku menyusul Mutia.
"Besok dia berangkat ke Semarang Bang?"
Aku kembali menegakkan tubuh menghadap ke Rifky. "Dalam rangka?"
"Elaahh!! Belum tau dia! Mutia kan kuliah lagi Bang! Udah cuti dari sekolah juga, gak tahu?"
Aku hanya menggeleng, terlalu banyak hal yang aku lewatkan belakangan ini. Beberapa bulan terakhir ini aku seakan gak peduli dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitar. Sebagian besar hariku aku habiskan dengan kerja, jika ada hari libur aku pasti habiskan di rumah Afrina, bermain dengan Dipta atau kalau tidak, bisa seharian main game bersama Syarif.
"Bang! Gue boleh ngancem sama yang lebih tua gak sih?"
Di tengah-tengah kegundahan hati mau gak mau aku tertawa mendengar pertanyaanya. Emang dasar anak baik, mau ngancem aja pakai minta izin.
"Gue gak akan mengulangi kesalahan untuk ketiga kalinya kalau itu yang lo khawatirin!" Ucapku sambil menepuk bahunya dan dia hanya mengangguk.
"Kalau gitu gue permisi ya Ky, kapan-kapan gue main lagi. Salam buat Aura, sehat-sehat kalian!"
"Amiin.. Makasih Bang!"
🌹🌹🌹🌹🌹
"Sat, sorry ya kemarin gue asal ngomong pas telepon!"
Aku menghentikan aktifitasku mengetik laporan lalu menoleh pada Mitha yang sudah mendekat ke kubikelku. Semalam dia sudah chat untuk menjelaskan tapi aku belum meresponnya.
"Jadi kemarin itu mantan gue kerumah, yah gitu lah ngajak balikan. Gue yang udah kehabisan cara tiba-tiba muncul ide hubungin lo, karena gue bilang udah punya pacar. Sorry ya!"
Oh Tuhan! Bocah sekali cewek ini!
"Gue sebenarnya keberatan tapi ya udah lah, udah terjadi juga. Cuma gue minta lo gak ngelakuin itu lagi!"
Mitha tampak tertunduk menyesal, jadi gak enak sendiri! Akhirnya gue paksain tertawa biar dia gak terus-terusan merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_