🌹Come Back #40

2.8K 394 12
                                    

Satria

Selesai makan siang di apartemen aku masih bermalas-malasan sambil ngelihatin Mutia yang sibuk mengetik. Rasanya masih pengen terus di sini bersama Mutia, tapi apadaya nanti sore aku harus pulang ke Jogja. Senin besok mulai kerja, berharap cepet hari jumat.

Aku mendekati Mutia, sebenarnya ada yang aneh sejak tadi pagi. Mutia lebih banyak diam sejak kita CFD dengan Syarif dan Tisa. Bahkan waktu mereka berdua kompak meledek pun Mutia hanya tersenyum.

"Ya'!" aku memegang pundaknya dan dia hanya tersenyum sekilas.

"Ngerjain apa?"

"Ini Kak cuma edit PowerPoint buat persentasi besok!"

"Mau aku bantuin?"

Mutia hanya menggeleng. Aku enggan bertanya lagi, takut memperburuk suasana karena aku yakin Mutia ada yang dipikirkan.

"Aku ada ngelakuin kesalahan ya?"

Akhirnya setelah sekian lama aku bertanya tapi Mutia tidak menjawab, dia tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Mutia! Kalau aku ada salah tolong maafin. Dan katakan Salahku apa, aku gak bisa pulang kalau kamu kaya gini!"

Aku tetap menjaga nada bicaraku, menghadapi Mutia yang sedang tidak baik begini aku harus tetap tenang dan sabar.

"Kakak gak salah, aku yang salah!"

"Kamu kenapa? Aku gak merasa kamu salah apa-apa!"

"Oh, begitu?"

"Mutia, kalau ada apa-apa cerita. Aku gak bisa selalu paham dengan apa yang kamu rasakan!"

Aku mulai frustrasi, jika sudah begini Mutia akan berubah jadi wanita keras kepala dan sulit ditebak.

Dan bukannya menjawab Mutia malah masuk ke kamar mandi. Aku hanya bisa menambah kesabaran, bagaimana pun dia istriku, tanggungjawabku. Aku yang wajib membuatnya nyaman lahir dan batin.

Tapi aku mulai gelisah karena Mutia tidak juga keluar kamar mandi. Ini kalau gak mules berarti nangis dia.

Astaga! Gimana aku bisa pulang Jogja kalau begini keadaannya.

Aku mengetuk pintunya, setelah panggilan kedua baru dia buka pintu.

"Kamu kenapa sih Ya? Jangan gini dong! Sebentar lagi aku harus pulang."

"Aku gak apa-apa, Kak!"

Mencoba percaya. Itu yang hanya bisa aku lakukan saat ini. Kalau Mutia bilang tidak apa-apa berarti aku harus yakin kalau dia baik-baik saja, mungkin dia masih butuh waktu berpikir sendiri.

Aku memang suaminya, tapi dia juga punya hak untuk dirinya sendiri. Akupun ketika sedang tidak enak hati akan tambah sumpek kalau di kejar degan banyak pertanyaan.

Tanpa mendesak dengan pertanyaan lagi, aku memilih untuk memeluk Mutia, memeluknya erat. Semoga bisa mengurangi apapun bentuk kecemasan yang dia rasakan saat ini. Berharap jika sudah lebih tenang, dia mau bercerita.

"I Love You, Sayang! Aku minta maaf jika ada perbuatan atau kata-kataku yang membuat kamu sakit hati. Kamu jaga diri ya di sini! Jumat kita ketemu lagi dan aku berharap besok itu hatimu sudah lebih baik. Mungkin kamu butuh waktu merenung sendiri, tapi yang perlu kamu ingat, aku selalu ada kapanpun kamu butuh."

Aku mengakhiri kata-kataku dengan mencium kedua pipinya, mencoba tidak melihat matanya yang mulai berkaca-kaca.

Setelahnya tidak banyak yang kita lakukan, aku menemani Mutia mengerjakan tugasnya sambil sesekali membantunya, Mutia juga walaupun masih banyak diam tapi setidaknya perasaannya sudah lebih baik.

Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang