🌹Come back #6

3.5K 461 25
                                    

MUTIA

"sumpah ya Mutia kucrut! Kenapa gak langsung diterima aja sih??" 

Itulah respon yang aku dapat ketika menceritakan pada Tisa tentang obrolanku dan kak Satria seminggu yang lalu.

"Gak semudah itu kali Tis!"

"Terus kamu mau friendzone-nan? Mau kakak adekan gak jelas gitu?" Omel Tisa lagi.

"Ya bukannya gitu Tis, aku kan juga butuh ngilangin Rifky dari hatiku dulu, gak adil dong kalau aku nerima orang lain sedangkan hatiku sialnya masih ada sisa-sisa nama Rifky."

Tisa yang semula nerocos gak ada rem langsung memelukku, malam minggu ini dia menginap di rumahku. Dia menghela nafas lalu memegang tanganku.

"Yang menurut kamu baik aja! Tapi kalau saranku, kamu segera lupain Rifky. Temukan cinta yang baru! Aku bisa ikut ngerasain kok kalau Bang-Sat itu tulus sama kamu!"

"Terimakasih Tisa!"
Aku memeluknya erat.

"Eh, kapan hari aku lihat Reno loh di Mall!" Ucapku lagi.

"Sama siapa? Masih hidup tuh orang?"

"jahatnya sama mantan sendiri!"

"Ya dulu bilangnya gak bisa hidup tanpa aku, lah preeet! Nyatanya sekarang masih hidup aja!"

Aku tergelak melihat ekspresi lucunya saat dia mengingat satu-satunya mantan sebelum dia cinta mati sama Abang.

Tiba-tiba Tisa menarikku ketika aku akan ke dapur mengambil minum.

"Coba lihat!" Katanya sambil menyerahkan hpnya.

Aku mengamati postingan sebuah akun ig yang di tag ke ig nya Kak Satria. Di sana terlihat sebuah acara tasyakuran.

Kak Satria berdiri di samping Shinta dan semua keluarganya. Kalau gak salah ada Mama Kak Satria juga, sepertinya keluarga mereka dekat sekali. Sebenarnya Shinta ini siapanya kak satria ya? Kemarin juga di acara ulang tahunya Shinta kasih kue spesial buat Kak Satria!

"Ini kenapa macam orang lamaran sih? Ini siapa Mut?" Tisa menunjuk seorang wanita yang memakai kaftan putih di samping Kak Satria.

"Namanya Shinta, temannya Bang-Sat."

"Buset, masa kaya gini teman??"

"Ya udah biarin aja sih!" Kataku cuek dan langsung meninggalkan Tisa.

setelah menutup pintu kamarku dari luar, aku berhenti sebentar, menyandarkan punggung ke tembok kamarku. Beberapa hal itu juga yang sebenarnya mengganggu pikiranku.

Kalau boleh jujur kadang aku bingung mengartikan sikap Kak Satria. Terkadang dia bisa kelihatan tulus banget deketin aku, tapi kadang juga aku ragu kalau melihat interaksinya dengan Shinta yang seperti lebih dari teman.

Maka dari itu, untuk kepentingan keamanan hatiku sendiri, aku memilih tidak terlalu menganggap serius omongan Kak Satria tempo hari itu. Aku gak menutup mata juga sih gimana dulunya dia di sekolah, terlebih lagi ada Shinta yang sepertinya emang dekat dengannya.

Minggu pagi ini aku dan ketiga manusia yang masih muka bantal ini udah bersepeda sampai daerah Bandara Adi sucipto.

Di samping Bandara persis ada hamparan luas yang ditumbuhi rumput hijau, biasanya di pakai untuk latihan fisik para tentara.

"Dek! Pelan-pelan, ini mau olahraga santai bukan mau lomba sepeda!" Protes Bang Nizwar.

"Haha, lemes amat Bang! Baru juga sampai sini."

"Iya loh Mut! Capek tau! Mending tadi aku bonceng Abang Fandi!"

Aku dan Bang Nizwar kompak mencibir Tisa yang gak ada kapoknya godain Abang sedangkan Abang Fandi sendiri cuma tersenyum tipis.

Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang