"Bagaimana bisa kakak bilang cinta sama aku, sedangkan kakak sedang menjalani hubungan dengan orang lain?"
"Hubungan sama siapa Ya'?"
"Mitha?"
"Mitha?? Aku sama Mitha pacaran maksud kamu?"
"Iya, kalian dekat."
"Haha, enggaklah Ya'! Bagaimana bisa aku pacaran sama orang lain sedangkan hatiku-- ah sudahlah! Mulut buaya enggak bisa kalau enggak gombal Ya'!"
Percakapan waktu itu masih jelas teringat, seharusnya aku bisa belajar dari kesalahan waktu itu, seharusnya aku percaya sama apa yang diucapkan Kak Satria. Tapi anehnya, sisi egoisku ini susah banget dikalahkan.
Saat ini aku masih betah mengunci diri di kamar, entahlah kenapa aku jadi menye-menye seperti ini! Aku sengaja tidak akan membangunkan Kak Satria, dia sedang sakit dan kasihan kalau kurang istirahat, pekerjaannya pasti berat akhir-akhir ini.
Aku salah banget ya kalau terlalu lama tidak merespon Kak Satria? Apa yang sedang aku lakukan ini adalah balas dendam?
Enggak! Sama sekali aku enggak berniat untuk itu, aku hanya mencoba membangun kembali perasaanku.
Aku beranjak dari kamarku karena mendengar suara dari luar. Aku membuka sedikit pintu dan ternyata Kak Satria sudah siap untuk pergi.
Cegah?
Tidak?
Cegah?
Tidak?
Karena kelamaan mikir aku tersadar karena bunyi pintu tertutup, Kak Satria sudah menghilang.
Ayolah Mutia!! Jangan keterlaluan!
Akhirnya dengan penuh kesadaran aku menyambar cardigan dan berjalan cepat keluar untuk menyusul Kak Satria. Entah karena langkahku yang terlalu lambat atau memang dia yang begitu cepat pergi aku sudah tidak menemukan mobilnya di parkiran khusus tamu.
"Mbak Mutia! Perlu sesuatu?"
"Eh Pak Soni! Saya cuma lagi cari teman, ternyata sudah pergi."
"Yang mana Mbak? Soalnya saya baru saja gantian shift jadi enggak lihat."
"Enggak apa-apa Pak! Kalau begitu saya permisi ya Pak!"
Aku kembali ke unitku dengan perasaan berkecamuk, aku merasa bersalah banget. Semoga Kak Satria baik-baik saja. Nanti aku akan telepon dia, namun hingga keesokan harinya chat dan teleponku tidak ada yang direspon olehnya.
Ada dua kemungkinan, antara dia menyerah karena kecewa dan kemungkinan kedua sakitnya tambah parah. Perasaan menyesal kembali memenuhi hatiku, dia punya riwayat typus. Ya Tuhan, jahat banget aku!
"Permisi Mbak jangan halangin jalan!"
Aku tersadar dari lamunan dan segera masuk ke dalam bus.
"Maaf Mas--, lah Si Dito!"
Kejutan pagi hari di dalam bus jurusan Jogja, aku ketemu dengan Dito. Dia yang sebelumnya juga terkejut langsung tersenyum lebar begitu tau siapa yanh menghalangi jalannya.
"Barengan juga ternyata!" Ucapnya lalu duduk di kursi depanku.
"Kamu ke Jogja dalam rangka apa Dit?"
"Upacaralah Mbak! Ngapain lagi!"
"Ck! Terserah lah!"
"Haha, ya sama kali dengan tujuan Mbak Mutia!"
"Lah, saya pulang Dit. Memang rumah kamu Jogja?! Perasaan kemarin bilang asli Semarang."
Pria berbadan tinggi ini malah tertawa lebar, membuat beberapa orang di sekitar kami menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_