SATRIA
"Eh, bangun!! Tega kamu ya! Cepet bangun! Dek!!"
"Apaa sih Mbak??" Aku menutup kepalaku dengan bantal, berharap suara berisik kakakku ini berhenti mengusikku.
"Ya Ampun kebo banget sih!"
Akhirnya aku menyerah dan duduk, menghadap baginda putri Afrina.
"Jadi alasannya itu kamu nolak tawaran Mas Tian?"
"Tawaran apaan?"
"Heh! Pura-pura kau!"
Aku hanya bisa nyengir menghadapi kakakku ini kalau sudah begini.
"Sementara aja Mbak, nanti aku ngelamar lagi di kantor Mas Tian! Pengen nyoba pengalaman jadi guru itu gimana rasanya!"
Afrina hanya mencibir sambil merapikan rambutku yang berantakan sisa tidur.
"Sementara sampai dapat guru cantik maksudnya??" Tanyanya sambil tersenyum miring."Hm! Udah sampai Sleman aja beritanya!"
"Iyalah, mama kan klop sama aku! Kapan-kapan ajak main ke Sleman ya!"
"Hmm, kalau mau!"
"Btw, jadi Shinta emang enggak nih? Mbak kira dulu kamu sama dia."
Aku hanya mengangkat bahu, terlalu malas membahas hal yang sudah berulang kali aku jelaskan.
"Padahal kemarin aku beliin kalung buat hadiah kamu!"
Aku reflek mengurungkan niat ke kamar mandi dan langsung mengampiri Afrina lagi.
"Seriusan?"
"Iya Sat!" Jawabnya enteng.
"Ya salah sendiri gak bilang mau beliin apa, kamu bilang terserah aku. ya udah pas aku lagi di Mall deket toko perhiasan langsung beliin kalung, untung gak jadi aku beliin cincin!" Ujarnya lagi ketika aku mengacak rambutku di depannya.
Afrinaaaa!!!
"Kalau kamu di kasih perhiasan sama pria, jadi mikir apa?" Tanyaku frustasi, emang salahku juga sih. Afrina ini model orangnya suka berasumsi sendiri.
"Ya aku bakal baper, nebak-nebak mungkin dia ada perasaan sama aku!" Jawabnya kelewat santai lalu keluar dari kamarku.
Dengan tidak semangat aku ke kamar mandi, mengguyur tubuhku dengan air dingin gak peduli suhu di Jogja yang 29 derajat ini. Salah besar aku minta tolong sama Afrina!
*******
Mood booster. Kalau kebanyakan orang butuh moodbooster dalam suatu keadaan, tapi percaya gak percaya aku bukan bagian dari 'kebanyakan' orang itu. Aku termasuk orang yang cuek, gak terlalu ambil pusing dengan keadaan sekitar. Bagiku asal aku tidak merugikan atau dirugikan ya sudah, jalani aja peduli amat sama omongan orang.
Tapi sejak hari ini, eh bukan mungkin sejak beberapa waktu yang lalu tepatnya aku jadi tahu kenapa orang-orang butuh moodbooster. Dulu disaat aku lagu penat atau suntuk biasanya pilih tidur aja, bangun-bangun udah lupa. Tapi sejak aku kenal dekat dengan Mutiara, entah kenapa aku jadi mendefinisikan kalau dia adalah moodbooster buatku.
Seperti pagi ini, sejak keluar rumah tadi aku bener-bener suntuk karena insiden Afrina yang membelikan kalung untuk Shinta sebagai hadiahku. Selama perjalanan entah kenapa rasanya uring-uringan sendiri tapi begitu sampai sekolah, melihat Mutia tersenyum dan menyapaku semua rasa suntuk tadi lenyap begitu saja.
"Apa ini Ya'?" Tanyaku saat Mutia menyerahkan satu paperbag.
"Itu dari Mama, Kak. Ucapan terimakasih sekaligus maaf. Terimakasih karena kemarin malam udah nganter aku terus minta maaf karena gak enak sama kamu dan Tante Niken gak mampir dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_