Aku pulang dengan sedikit tergesa. Sebentar lagi Kak Satria akan sampai sini. Walaupun katanya hanya bisa satu hari pulang tidak masalah, yang penting aku bisa ketemu dan memastikan keadaan nya.
Aku menaiki lift dengan membawa satu kantong besar hasil belanja tadi, aku berencana masak spesial untuk Kak Satria.
Sebenarnya dia makan apa aja suka sih, telur ceplok sama kecap aja bisa nambah. Alhamdulilah banget, kebetulan istrinya gak Pinter masak.
Aku menata belanjaan di meja, terlalu bersemangat masak sampai tidak sempat ganti baju, langsung pakai celemek dan mulai eksekusi.
Kurang lebih satu jam kemudian makanan sudah siap di meja. Aku memutuskan untuk mandi dulu sebelum kak Satria sampai.
"Ya'!"
Aku mematikan shower dan menajamkan pendengaran.
"Kak!"
Hingga beberapa saat kok tidak ada jawaban. Dengan sedikit deg-degan aku meneruskan kegiatan mandiku. Kali ini lebih dipercepat, aku segera berpakaian lengkap lalu keluar perlahan.
"Kak!"
"Kak Satria..."
"Kak Satriaaaa.."
Aku semakin gugup, dengan sedikit berlari aku menuju kasur untuk mengambil hp.
"Aaarrrrrhgggg...!" Jeritku.
"Heh!! Sttttt, jangan teriak!"
Aku membuka mata dan pandangan pertama yang aku lihat adalah Kak Satria yang tersenyum manis.
"Kakak! Ya Allah! Aku beneran udah deg-degan!"
Dia malah tertawa melihat ketakutan dan langsung mencium kedua pipiku lalu dahiku cukup lama, aku langsung memeluknya erat.
"Kangen banget kayaknya!"
"Bukan lagi Kak!"
"Haha, maaf ya belum bisa nemenin kamu terus."
"Halah udahlah aku gak mau sedih-sedih lagi. Kakak belum makan kan?"
"Belum dong, soalnya ada yang wanti-wanti agar makan di rumah aja."
Aku tersenyum manis lalu mengajaknya ke meja makan, membuatkannya teh dulu baru menyiapkan makanan.
Entah karena lapar atau memang masakanku enak, dia makannya lahap banget. Aku ikut tersenyum melihatnya, rambut-rambut halus di pipinya mulai tumbuh. Satu bulan bisa berubah gitu ya penampilannya?
Setelah selasai makan, kita duduk di balkon untuk menikmati pemandangan sore.
"Kamu kapan sidangnya?"
"10 hari lagi, Kak! Pokoknya kakak harus nemenin!" Pintaku dengan semangat.
Ekspresi Kak Satria membuatku sedikit khawatir. Dia masih fokus ke layar hpnya belum menanggapi permintaan ku.
"pilih satu Ya'! Kamu mau aku hadir di sidang apa di wisuda?"
Yang tadinya semangat banget, yang tadinya moodnya bagus banget langsung ambyar semua.
"Kenapa harus memilih?"
"Kerjaan lagi banyak-banyaknya, cutiku dibatasi Ya'! Jadi maaf banget, terpaksa aku hanya bisa nemenin kamu dalam satu acara saja."
Walaupun rasanya kecewa tapi aku tetap tersenyum, melihatnya penuh rasa bersalah membuatku tak tega sendiri.
"Wisuda aja!" Jawab ku sambil tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomantizmPuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_