MUTIA
Aku menatap sendu punggung pria yang belakangan ini selalu mengisi pikiranku. Pria dengan segala hal yang menarik, pria yang sangat bertanggung jawab dan sayang pada keluarganya, pria yang selalu tahu bagaimana cara menghargai dan melindungi wanita.
"Nangisnya nanti di rumah aja!"
Aku menyikut perut Bang Nizwar yang berjalan di sampingku. Saat ini aku berada di bandara untuk mengantar kepergian Kak Satria ke Bali. Kak Satria dan beberapa temannya termasuk Mitha mendapat tugas dari kantornya untuk mengerjakan proyek di kantor cabang yang ada di Bali selama 3 mingg, paling cepat, kalau tidak lancar bisa sampai satu bulan katanya.
"Pamit dulu ya Ma!" Ucap Kak Satria pada Tante Niken yang juga ikut mengantar.
"Hati-hati ya Sat! Sering-sering kabari Mama!"
Ibu dan anak itu berpelukan untuk beberapa saat, kemudian Kak Satria beralih menghampiriku. "Titip Mama ya Ya!" Ucapnya sambil menepuk puncak kepalaku, tindakan yang selalu kusuka.
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum, karena sejujurnya aku sudah menahan tangis sejak tadi. Entah kenapa rasanya bisa sedih seperti ini. "Kakak hati-hati ya!"
Kak Satria masih belum beranjak dari posisinya, dia malah menatapku begitu dalam. Mataku rasanya sudah memanas, aku mencoba melihat ke atas agar air mataku tidak jatuh saat ini juga. Kak Satria menatapku semakin dalam, perlahan sudut bibirnya terangkat.
"Aku berharap setelah pulang dari Bali, akan ada seseorang yang yakin padaku!" Ucapnya dengan senyum yang terus terukir dan kalimat itu cukup membuatku tidak bisa menahan air mata.
"Kok malah nangis sih Ya?"
Aku hanya bisa menggeleng dan mengangguk, gak bisa lagi mengeluarkan kata-kata.
"Tante, kita keluar duluan Yuk! saya jadi pengen ikutan nangis!" Ucap Bang nizwar yang kontras dengan ekspresinya. Bang Nizwar dan Tante Niken menertawakanku yang tiba-tiba jadi cengeng, mereka pamit untuk keluar duluan.
"Udah sana Kak! Hati-hati ya!"
"Sebentar lagi, soalnya bakalan lama gak lihat kamu secara langsung." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dariku.
Sial. Sial. Sial!! dalam keadaan seperti ini mulutnya tetap aja manis. Membuatku semakin gak bisa menahan air mata.
"Kak! Boleh aku peluk kam--"
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Kak Satria sudah menarikku ke dalam pelukannya. "daritadi sebenarnya aku pengen peluk kamu Ya! Tapi aku takut kamu gak berkenan."
Aku menggeleng di pelukannya, bahkan disaat seperti inipun dia masih memikirkan perasaanku.
Kebangetan kamu Mutia!!!
Aku mengusap punggungnya beberapa kali sebelum melepaskan pelukannya.
"Tau gak Ya?"
"Apa?"
"Tadi aku merasa satu bulan itu akan terasa lama sekali, tapi pelukan kamu rasanya mengubah semuanya, aku merasa satu bulan itu akan berlalu dengan cepat."
"Semangat kerjanya ya Kak!"
Kak Satria mengangguk dan sekali lagi dia mengusap puncak kepalaku lalu berbalik dan berjalan masuk. Aku masih berdiri menatap punggungnya yang semakin menjauh, dalam hati berdoa semoga segala pekerjaannya dilancarkan dan dia cepat kembali ke sini.
*******
SATRIA
Alhamdulillah.
Baru juga menginjakkan kaki di Bandara Ngurah Rai rasanya udah kangen aja sama Jogja. Lebih tepatnya Mutia sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_