🌹Come back #36

2.9K 412 24
                                    

Satria

"Saya terima nikah dan kawinnya Mutiara Kasih Irawan binti Tedi Irawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"SAH!!!"

Alhamdulillah.
Aku mengangkat tangan dan mengamini secara tulus doa yang sedang dibacakan penghulu. Rasanya masih belum percaya bahwa hari ini aku telah menjadi seorang suami.

Om Doni-papanya Syarif menepuk pundakku, aku melihat matanya memerah, ikut terharu dengan peristiwa hari ini.

"Jadi suami yang baik dan bertanggung jawab." Bisiknya saat memelukku, aku hanya bisa mengucapkan terimakasih, selama ini Om Doni yang sudah banyak Membantu ku setelah kepergian abah.

Acara berpelukanku harus berakhir karena suara MC yang menggema, menyebutkan bahwa mempelai wanitanya akan segera keluar dari persembunyian.

Dengan tidak sabar aku menunggu Mutia muncul dan ketika dia akhirnya keluar diantar oleh Tisa dan Amel-calonnya Bang Fandi, masyaallah aku sudah bingung mau bereaksi bagaimana lagi melihat wanita yang sangat cantik itu berjalan mendekati dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.

Sudahlah, aku enggak punya kata-kata lagi untuk menggambarkan perasaanku hari ini selain bahagia.

Mutia duduk di sampingku dan petugas KUA menyodorkan berkas yang harus dia tanda tangani. Setelahnya baru kami bertukar cincin dan seperti proses pernikahan pada umumnya dengan sedikit bergetar dia mencium tanganku lalu aku mencium keningnya. Masyaallah, yang halal memang beda ya rasanya? Memang sebelum halal sudah pernah mencium Mutia? Ya belumlah, baru nyium rambutnya aja udah hampir kena tabok.

Setelah selesai prosesi akad termasuk sesi foto, saat ini aku dan Mutia diarahkan untuk acara sungkeman. Kedua orang tua kami sudah duduk manis di pelaminan, lalu aku dan istriku- aku kok deg-degan banget nyebut istri-  berjongkok di depan mama dan Om Doni, mama tidak mengucapkan apapun, dia menangis dan memelukku erat. Aku tidak perlu kata-kata, karena dari tangisannya aku sudah paham bahwa mama juga gak kalah bahagianya denganku.

Begitu juga saat beliau memeluk Mutia dan mencium kedua pipinya, tangis mama kembali pecah.

"Mama nitip anak Mama ya Sayang! Jangan sungkan-sungkan untuk menegur saat dia salah!"

"Insyaallah Ma, terimakasih karena telah membesarkan dan mendidik Kak Satria sampai menjadi anak Mama yang hebat."

Keduanya berpelukan lagi, kalau aja enggak lagi di atas pelaminan dan dihadapan tamu seperti ini sudah pasti aku ikut nimbrung pelukan mereka. Moment haru tidak berhenti sampai disitu, ketika aku dan Mutia bersimpuh di hadapan orangtua Mutia pun tangis kami kembali pecah, Papa Irawan memelukku erat, setelah sekian lama aku merasakan kembali kehangatan pelukan seorang ayah.

"Papa titip anak perempuan Papa satu-satunya, Papa yakin kamu bisa menjadi pendamping terbaik untuk anak Papa!"

"Terimakasih Papa dan Mama sudah merelakan Mutia untuk Satria, saya akan mengusahakan semampu saya untuk kebahagiaan anak Papa."

Papa memelukku sekali lagi, aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan keluarga yang sangat baik seperti mereka.

Semua prosesi pernikahan beradat jawa ini sudah selesai kami lalui, lelah hari ini tidak sebanding dengan rasa bahagia jadi tidak sepantasnya jika mau mengeluh. 

"Istriku!"

"Jangan gitu deh Kak, geli!"
Mutia melepaskan tanganku yang sudah bertengger manis di pinggangnya, walaupun mulutnya tidak berhenti berbicara tapi wajahnya merona, haha lucu banget ini ya istriku!

"Kamu seneng gak hari ini Ya'?"

"Lebih dari Kak!"

"Aku susah Ya'!"

Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang