SATRIA
"Woy Bang! Lihatin apa sih?"
"Gak lihat apa-apa Tis! Lo mau makan?"
"Ya iya masa kesini mau fitnes!"
Aku hanya mendengus pelan, heran modelan kaya gini cita-citanya jadi guru.
"Tis, itu Daniel sama Mutia emang sering diskusi bareng kaya gitu kalau istirahat?"
"Cemburu bilang Bang!"
"Gue nanya Tisa!"
"Haha, santai Bang! Itu mereka bakal diskusi bareng terus buat persiapan lomba matematika."
"Woooy! malah melamun! Suka bilang Bang, jangan diem aja!" Tegur Tisa lagi.
"Susah kayaknya."
Tisa meletakkan sendoknya lalu menatap serius ke arahku. "Emang agak batu sih Kak itu anaknya, tapi kalau sekalinya udah cinta, setianya bisa sampai bego juga!"
Mau gak mau aku tertawa, sahabat durhaka ini namanya.
"Beneran Kak, gue setuju sih kalau kakak mau deketin dia tapi ya sabar aja soalnya agak lemot juga orangnya nerima sinyal!"
Sumpah ini anak gak ada akhlak sama sahabat sendiri.
"Thanks Tis buat infonya. Nih baksonya gue yang traktir."
"Waduuuh, sering-sering aja lo tanya tentang Mutia Kak, biar gue dapat gratisan terus!"
"Asal info lo akurat!"
Tisa hendak membanggakan diri tapi dia urungkan karena Mutia berjalan ke arah kami duduk. Mutia lalu duduk sambil tertawa geli, dia menyerahkan beberapa kertas yang dilipat menarik padaku.
"Nih Pak Guru ganteng dapat banyak surat dari fansnya!"
Aku cukup takjub dengan sambutan ini, belum ada satu minggu aku mengajar di sini udah dapat banyak surat. Padahal aku gak pernah ngapa-ngapain lho! Senyum aja jarang, berdasarkan saran dari si Onta- baca Syarif- aku gak boleh keseringan senyum, takut muridnya gak jadi belajar. Pantas saja dua hari ini notif follower di ig ku ramai banget. Ckk! anak-anak jaman sekarang!
"Bener-bener ya Kak! Pesonanya gak pernah luntur..Haha!"
"Udah lo aja Ya' yang bacain ini semua!"
"Eh, ya jangan dong! Itu kan untuk Pak Guru ganteng katanya!"
Aku hanya berdecak sambil memasukkan kertas-kertas itu ke dalam tas, nanti kalau sempat di baca di rumah.
"Pulang sekarang Ya'?"
"Sebentar ya Kak, aku pamit ke Pak Daniel dulu."
Aku terus menatap Mutia yang menghampiri Daniel, mereka ada hubungan apa sampai pulang pun Mutia harus pamit?
"Lo deket emang sama Daniel?" Akhirnya aku bisa bersuara setelah mengatur perasaanku yang tiba-tiba jadi gak enak. Mood ku tiba-tiba berubah drastis saat melihat Mutia dan Daniel tadi.
"Deket Kak, kita kan sama-sama ngajar matematika otomatis sering ngobrol bareng!" Jawabnya sambil memasang seatbelt.
"Sebatas itu? Kalau gue lihat Daniel beda sih pas interaksi sama lo Ya'!"
Dia malah tertawa geli "Beda apanya sih? Dia emang gitu orangnya Kak."
"Kalau dia mau sama lo, gimana dengan lo sendiri?"
"Mau dalam artian jadi pasangan?" Aku mengangguk.
"Haha, ya siapa sih Kak yang gak mau sama laki-laki sebaik Pak Daniel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_