Sore ini setelah semuanya siap, aku dan Kak Satria berangkat menuju Dieng dari Semarang. Aku akan nikmati waktu ini sebaik mungkin karena setelah dari Dieng, Kak Satria ada kerjaan ke Jakarta paling cepat dua minggu dan bisa juga lebih lama.
Sedih sih, sudah terbiasa setiap akhir pekan menghabiskan waktu bersama tapi bagaimana pun juga Kak Satria punya tanggung jawab lain.
"Kita lewat kampus Dito dulu, Ya'!"
"Dito emang jadi ikut? Katanya lagi sakit?"
Kak Satria mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
"Kak! Kamu tim DS1 apa DS2?"
"Apaan tuh?"
"Hehe, iseng aja sih. Dito Sean atau Delta Sean!"
"Astaga, ngapain sih Kamu Ya'? Kurang kerjaan banget. Biarin aja itu bocah-bocah yang tentukan sendiri. Tapi btw kamu dukung 01 apa 02?"
"Hahah, dasar pakboi!! Kalau aku dukung 01, Dito tuh ya tipe orang yang kerja dalam senyap, tapi paling tulus. Dulu awal kenal itu aku agak aneh sama Dito, suka bolak-balik Jogja Semarang cuma buat mastiin Sean baik-baik aja, bahkan gak ketemu pun gak masalah."
"Delta juga tulus tapi suka frontal!"
"Terus yang baik buat Sean?"
"Yang baik buat Sean ya gak tau, Bisa Dito bisa Delta, bisa orang lain urusan Allah itu. Dan kamu gak usah repot-repot ikut mikirin. Tolong pikirin itu tesisnya saja ya bu guru, soalnya pak guru sudah pengen bawa pulang bu guru ke Jogja."
"Hahah, siap bapak guru!"
Sampai di kampus Dito, kita masih menunggu beberapa saat karena ternyata Dito masih ada praktek. Itu anak semangat banget kuliahnya, lagi sakit juga tetap aktif, mana mau ikut naik gunung lagi.
"Besok pas aku di Jakarta kamu di sini aja ya gak usah pulang ke Jogja!"
"Kenapa?"
"Biar fokus tesisnya."
Sebenarnya aku pengen banget tanya kenapa Kak Satria ngotot tentang tesisku terus, tapi aku takut dengar jawabannya. Takut kalau bikin sedih.
Setengah jam kemudian, Dito muncul dengan wajah lelahnya. Kelihatannya habis mandi, dia dia sudah siap dengan perlengkapan naik gunung nya.
"Biar saya yang nyetir Mas!" Ucapnya.
"Udah gak usah, kamu tidur aja di belakang Dit.!"
"Beneran ini Mas? Saya jadi enak lho ini!"
"Iya, kamu capek banget kayaknya, nanti gantian aja!"
Ya Allah, kakakku ini kok baik banget sih, dia sendiri juga capek sebenarnya karena seharian tadi menemani aku belanja, muter-muter juga. Pengen peluk tapi kok ada Dito.
"Cium juga boleh!" Bisiknya.
Aku memundurkan kepala karena Kak Satria mendekat.
"Kakak tau kalau aku pengen peluk?" Karena gugup pertanyaan konyol itu keluar.
Kak Satria malah tertawa lepas, emang susah mengendalikan kegugupan kalau di depan dia padahal dulu aku bisa cuek banget.
Tiga jam perjalanan yang tidak terasa sama sekali karena aku sibuk merem, begitu bangun melihat Kak Satria yang duduk di sampingku masih tetap terjaga. Tadi saat beli bensin, Dito memaksa untuk gantian menyetir.
"Kamu gak tidur Kak?"
"Enggak, kasihan Dito sendirian."
Aku meringis malu, berarti sejak berangkat tadi cuma aku yang pules. Begitu sampai di tempat, Dito langsung kabur entah kemana, mungkin menemui Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_