MUTIA
Aku dan Tisa bergandengan mengelilingi Gramedia di hari Minggu ini. Guru BK favorit anak-anak badung ini berencana mencari beberapa referensi tentang psikologi murid.
Sebenarnya aku gak ada kepentingan khusus, cuma menemani Tisa sekalian lihat-lihat siapa tahu ada buku yang cocok.
Saat melihat-lihat deretan buku, tiba-tiba mataku menangkap satu judul buku yang menarik.
'Memahami Tabi'at Lelaki'
Seketika aku tersenyum geli, menertawakan kekonyolan diriku sendiri lalu mengembalikan buku itu pada tempatnya, mengurungkan niat untuk membelinya.
Selesai dari sana, aku dan Tisa memutuskan untuk menuju plaza ambarukmo, sekedar menghabiskan hari minggu ini sebelum besok pagi kembali ke rutinitas.
"Habis makan kita ke timezone terus makan lagi karena mungkin aja lapar lagi, habis itu kita karokean, terus terakhir makan lagi karena pasti habis nyanyi lapar."
Aku hanya mengiyakan semua ucapan tuan putri yang sedang ulangtahun ini. Gak enak juga soalnya tadi dia protes--
"Mumpung Bang-Sat lagi ke Jakarta, soalnya sejak ada dia hari sabtu minggu kamu pasti di monopoli sama dia."
Nah itu!
"Hehe ya Maaf, tapi gak tiap sabtu minggu juga. Minggu pagi kita masih rutin sepedaan kali Tis!"
"Hmm, habis itu kamu kan menghilang jadi aku harus pulang gak bisa lama-lama sama Abang Fandi."
Aku menghentikan langkah. "Oh jadi intinya Abang nih?"
"Hahah,, ya kali aku mau menghabiskan waktu sama kamu. Ogah banget! Paling cuma diajak baca buku!"
"Kucrut kau!"
Tawa Tisa semakin meledak sampai aku harus sedikit menyelinap di antara pengunjung Mall lain. Pasalnya malu banget si Tisa nyablak di tengah Mall kaya gini.
Berbeda dari rencana awal, aku dan Tisa akhirnya main dulu ke timezone. Aku dan Tisa sama-sama hobi banget ngabisin duit yang gak seberapa itu di sini bisa sampai lupa umur beneran.
Akhirnya setelah dua jam lebih bermain di sini aku dan Tisa makan dulu habis itu baru berencana karokean.
"Bang-Sat kapan pulang Mut?"
"Kayaknya cuma dua hari interviewnya habis itu katanya mau ngambil beberapa barangnya yang masih tertinggal di sana. tadi malam udah sampai Jogja lagi sih."
"Update banget ya Mak sama jadwal calon suami."
"Ya gimana, chatnya gak pernah gak muncul sih."
"Sebenarnya kamu gimana sih Mut sama dia?"
"Biasa..Baik-baik saja!"
"Masa? Udah aku-kamu an gitu kok.!"
"Serius nih Tis, aku tanya emang apa sih bedanya panggilan aku-kamu atau gue-lo?"
"Ya beda lah, aku-kamu itu biasa kalau udah dekat."
"Rumus dari mana sih itu? Kalau aku gak begitu anggep sih, cuma ikut-ikutan aja, bagiku kedekatan itu gak cuma diukur dari panggilan."
"Terserah deh! Terserah! Kamu tuh ya, udah dapat pangeran se-charming itu, baik banget lho dia itu jagain kamu banget."
"Iya, aku tahu kok!"
"Terus?"
Aku hanya mengangkat bahu, ingatanku kembali menerawang ke beberapa hal yang selalu saja seperti hadir menjadi petunjuk. Saat itu waktu pertama kalinya Kak Satria menyampaikan perasaannya padaku, aku masih belum yakin pada diriku sendiri karena gak mungkin kan aku mau jalan sama dia sedangkan hatiku masih ada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_