🌹Come back #15

2.6K 395 18
                                    

SATRIA

"Anakku dimana Mbak?"

"Enak aja ngaku-ngaku! Bikin sendiri!"

Aku hanya menampilkan cengiran lebar ketika Afrina protes.  Weekend ini aku sedang berada di Sleman, kediaman Afrina dan Mas Tian. Di rumahnya sedang ada acara ulang tahun keponakan gantengku yang ke dua.

"Lu kira bikin apa Mbak! Gampang banget nyuruhnya!"

"Lah bukannya udah siap? Tuh udah pantes banget si Mutia gendong Dipta."

Aku mengikuti pandangan Afrina ke arah halaman rumahnya. Di sana ada Mama dan Mutia yang sedang asyik bermain dengan Dipta-keponakanku.

Ya itulah salah satu hal yang membuatku bahagia di hari sabtu ini. Setelah beberapa kali gagal bertemu dengan Mutia karena kesibukan masing-masing, akhirnya aku bisa menghabiskan hari liburku dengannya.

Dua minggu terakhir ini dia sibuk ujian semester, begitu juga aku yang masih cukup sibuk dengan pekerjaanku, membuatku harus cukup puas dengan video call dia tanpa bertemu. Terakhir ketemu waktu aku mengajar ekskul sebelum ujian semester.

Sebenarnya aku tidak peduli dengan status kami saat ini seperti apa.Sampai saat ini Mutia belum pernah memberikanku jawaban atau kejelasan, tapi aku tau dia tidak dengan sengaja melakukannya. Aku tau dia juga berusaha keras untuk percaya padaku, aku tau dia selama ini juga berusaha membawa hubungan kami ke arah yang lebih serius. Aku bisa merasakan itu dan aku sangat menghargainya.

Yang perlu aku lakukan sekarang adalah tetap sabar menunggunya menerimaku. Aku tidak pernah menekannya untuk segera memberikan jawaban, aku ingin dia menerimaku dengan sepenuh hatinya.

"Udah woy lihatnya! Gitu amat!" Lamunanku terhenti karena Afrina meraup wajahku dengan tangannya.

"Cantik ya dia Mbak?"

"He-em Sat, cantik. Baik hati lagi, pinter bawa diri anaknya. Aku sih udah oke banget."

"Kenapa bisa yakin gitu Mbak? Bukannya selama ini kamu dukung aku sama Shinta?"

Afrina meneguk minumannya terlebih dahulu lalu kembali menatap ke arah Mama dan Mutia.

"Pada prinsipnya sih bukan ceweknya siapa Dek! Tapi aku lebih ke kebahagiaan kamu. Dulu aku kira kamu deket sama Shinta mau ke arah yang lebih serius, ternyata kamunya biasa aja. Tapi aku akui sih, sama Mutia kayaknya kamu udah mentok banget. Beda gitu auranya kalau kamu sama Mutia. Mbak setuju kok, karena selain yang aku sebutkan tadi, Mutia itu bisa buat kamu jadi lebih baik."

Aku menatap satu-satunya kakakku ini, jarang-jarang dia bisa manis gini. Biasanya kalau gak ngatain ya  ngeledekin. Karena di mata dia aku ini tetap adik kecilnya yang ingusan, yang selalu ngikutin kemanapun dia pergi.

"Sat, ajak Mutia makan gih! Daritadi pas acara kayaknya belum sempat makan dia, malah bantu-bantu terus kan aku jadi gak enak. Tadi aku ajakin makan katanya nunggu kamu!"

"Masa sih mbak dia bilang gitu?"

"Duh nyesel aku bilang! Jadi besar kepala kan!"

Aku tertawa dan berlari setelah meremas lengan Afrina, seperti biasa dia hanya bisa ngomel-ngomel ketika aku perlakukan seperti itu.

Aku mendekat ke tempat Mama dan Mutia yang sedang menemani Dipta main.

"Mutia! Makan yuk!"

"Eh iya sana Nak! Katanya tadi nungguin Satria, kamu sih Sat! Malah asyik nge-game sama Syarif."

Bener kata mama, tadi sehabis acara aku malah asyik main game bersama Syarif dan Mas Tian sampai lupa gak ngajakin Mutia makan, dan kenapa dia manis banget sih, makannya nungguin aku? berasa istri yang nunggu suaminya makan.

Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang