"Baiklah diakhir pertemuan ini, saya kasih tugas untuk mencari satu jurnal pendidikan Matematika, boleh tentang isu di negara kita ataupun negara lain. Kalian telaah dari sudut pandang teori pendidikan, diusahakan sampai menyusun alternatif pemecahannya. Di kirim ke email saya sebelum pertemuan minggu depan! Bisa di mengerti?"
"Bisa Pak!"
Aku hanya membeo teman-teman yang menjawab pertanyaan dari dosen. Kesal sama diri sendiri juga, satu jam kuliah hari ini aku tidak konsentrasi, hanya kalimat terakhir tentang tugas tadi yang bisa aku tangkap.
Aku merasa bersalah banget, papa susah payah biayain kuliahku tapi malah akunya enggak serius seperti ini. Aku selalu mencoba fokus dengan kuliah ini, tapi sialnya pikiranku ini dipenuhi oleh seorang pria yang dua mingguan lalu menginap dan sukses mengobrak-abrik hatiku.
BRUKKKK!!
"Astaghfirullah!!"
Aku segera tersadar dari lamunan karena teriakkan dari seseorang yang bukunya berserakan karena aku tabrak.
"Eh, ya ampun maaf Mas. Saya enggak lihat!" Ucapku penuh penyesalan
"Jalannya bagaimana sih Mbak? Sebenarnya saya mau bilang nih kalau jalan pakai mata tapi kan pada kenyataannya jalan pakai kaki, mana ada jalan pakai mata."
Aku menatap pria ini dengan penuh tanda tanya, dia itu sebenarnya sedang marah atau sedeng melawak sih? Ekspresinya enggak ada serem-seremnya malah terlihat lucu.
"Sekali lagi maaf ya Mas, saya jalannya pakai kaki tapi matanya enggak lihat!"
Pria ini malah menertawakanku, memang ada yang salah dari kata-kataku? Orang Indonesia kan kalau ada yang salah identik ditertawakan bukan diingatkan.
"Ya sudah Mbak, saya juga minta maaf karena matanya juga enggak lihat ada Mbak yang lewat, pendek sih ya!"
Aku hendak mengeluarkan kalimat pedas tapi tidak jadi karena dia kembali tertawa.
"Bercanda kali Mbak! Serius amat hidupnya, kaya baru putus cinta saja!"
Memang!!
"Bagaimana kalau sebagai permintaan maaf saya ajak Mbaknya untuk makan di kantin?"
Wow! Pria ini to the point banget, tapi memang rencananya tadi aku mau beli makan sebelum pulang, terima ajakannya enggak masalah kan? Nambah temen di sini karena selama di sini aku belum banyak teman.
"Mbak mahasiswa baru ya? Fakultas mana?"
"Itu!" Jawabku singkat sambil menunjuk gedung tempatku kuliah.
Pria yang belum aku kenal namanya ini mengerutkan keningnya. "Mbaknya mahasiswa pascasarjana??"
"Iya!"
"Wow!! Kirain maba S1! Pasti akselerasi sejak TK ya??"
Aku tersedak dan langsung tertawa, pria ini benar-benar menghibur. Sejenak aku jadi lupa dengan pria Jogja itu.
"Mana ada TK yang akselerasi Mas?"
"Ya kali aja Mbak, soalnya mukanya masih kaya lulus SMA! Jadi malu saya Mbak!"
"Kenapa?"
"Hehe, enggak! Oh iya asli Semarang Mbak?"
"Bukan, naturalisasi kesini. Saya asli Jogja!"
Pria ini tampak terkejut dan antusias, kenapa lagi dia?
"Wah, kapan-kapan kalau saya ke Jogja bareng ya Mbak?"
Aku hanya terkekeh pelan menanggapinya, sungguh pria yang tidak suka basa-basi.
"Eh, daritadi kita belum kenalan ya! Namanya siapa Mbak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomansaPuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_