SATRIA
Apa yang aku bilang ke Mutia tadi itu beneran, gak bohong. Aku emang setertarik itu kalau soal lidah, maksudku soal makanan yang aku suka pasti ada kesan tersendiri pada si pembuat makanan.
Apalagi sebelum merasakan masakannya aku sudah sangat tertarik pada Mutia, jadilah seperti poin tambahan. Tapi jujur aku merasa memang seperti tukang gombal di depan Mutia, apapun yang aku katakan padanya pasti jatuhnya hanya di anggap candaan olehnya.
Sampai aku mengutarakan perasaanku saja masih dianggap bercanda sama dia. Dulu aku pernah bilang kalau dia itu tidak mudah baper dan aku nyaman berteman dengan orang yang gak mudah baper seperti dia. Tapi kalau sekarang aku malah frustasi sendiri.
Aku turun dari mobil dan sudah disambut Syarif yang dengan enaknya makan di depan rumah. Disampingnya ada Shinta yang sedang ngobrol dengannya.
"Udah dari tadi?" Sapaku pada keduanya.
"Udahlah, gue udah nambah dua kali makannya!"
"Makanya Rif jadi anak jangan durhaka, gak dimasakin kan lo sama Tante!"
"Sialan, Mama lagi pergi!" Protes Syarif.
Aku ikut duduk di samping Syarif bertepatan dengan layar hpku yang menyala tanda panggilan masuk.
"Kamu darimana Sat?"
"Sorry bentar ya Shin!"
Aku menyingkir sebentar menerima panggilan dari Mutia.
"Udah sampai rumah Kak?"
"Barusan Ya! Lagi mau chat seseorang ngasih kabar eh orangnya udah gak sabar telepon duluan."
Diujung sana terdengar tawanya yang mau gak mau membuat aku ikut tertawa.
"ya udah, makasih ya kak buat hari ini. Selamat istirahat Kak!"
"Aku yang makasih Ya, udah ditemani seharian ini! Selamat istirahat juga!"
Sebenarnya gak rela sih mau menyudahi obrolan dengan Mutia, tapi ya gimana takut dia bosan dengar ocehanku.
"Siapa Sat?" Tanya Shinta ketika aku sudah bergabung kembali
"Mutia, yang waktu itu ikut ke pesta kamu."
"Oh.. kalian pacaran ya?"
"Maunya si onta Shin, tapi apadaya gayung tak bersambut." Sahut syarif sambil tertawa puas sampai tersedak.
"Syukurin, kualat lo sama yang lebih tua!"
Syarif hanya mencibir lalu beringsut masuk, entah mungkin mau nambah makan lagi.
Untuk sesaat aku dan Shinta hanya sibuk dengan hp masing-masing. Aku sangat menyadari perubahan wajah Shinta.
"Kamu tadi kesini sama siapa?"
"Aku habis jalan sama Titan, terus tadi beliin kamu ini." Shinta menyodorkan sebuah shoopingbag, dari merknya aku tahu apa isinya.
"Ya ampun Shin, aku udah bilang berkali-kali kamu jangan terus-terusan kaya gini. Aku dan Mama gak enak banget."
"Gak apa-apa Sat cuma ini doang, aku mau berterimkasih karena kamu udah kasih aku birthday gift yang cantik banget, aku suka." Ucap Shinta sambil sedikit mengangkat kalungnya.
Aku hanya meliriknya sekilas, beneran si Afrina niat banget bikin aku salah paha kaya gini.
"Oh syukur kalau suka, soalnya aku pasrahin ke Afrina buat beliin kado itu. Aku masih sibuk pindahan waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back!
RomancePuncak kangen paling dahsyat adalah ketika dua orang tak saling menelepon tak saling sms bbm-an dan lain-lain tak saling namun diam-diam keduanya saling mendoakan. _Sujiwo Tedjo_