7. Demam

2.9K 213 0
                                    

Tok tok tok!

"Claudi, apa sudah bangun?"

Kudengar Kak Sam menggedor pintu kamar seraya memanggilku. Kepalaku terasa sakit ketika kuputuskan untuk duduk dari tidur.

"Claudi!"

Suara Kak Sam meninggi.

Eh?

Ada apa dengan dia?

Apa dia sudah mulai jengkel?

Belum sampai di dekat pintu, tubuhku sudah oleng—jatuh ke lantai. Kepalaku terasa pusing dengan pandangan yang berkunang-kunang. Samar-samar kudengar Kak Sam mengumpat karena pintuku tak terkunci, mengingat dia sudah cukup lama menggedor pintuku untuk dibuka.

Sungguh konyol!

"Ya ampun, Claudi!!"

Kuyakini Kak Sam kaget karena melihatku setengah berbaring di lantai.

"Kenapa tidur di lantai?"

Apa dia gila?

Pertanyaan Kak Sam sukses membuatku jengkel. Kuhapus argumenku tentang Kak Sam yang akan membantuku berdiri. Dia saja kaget karena berpikir aku tidur di lantai!

"Aku masih mempunyai tempat tidur," jawabku dingin tanpa sengaja. Tenagaku sudah melemah. Untuk melayani kekonyolan Kak Sam, aku sudah tak mampu!

Tubuhku ambruk ketika mencoba bangkit dari lantai. Mungkin akan kurasakan kembali dinginnya lantai jika Kak Sam tidak tepat waktu menangkapku.

"Hei, apa kau tidak bisa berdiri dengan benar?"

Ingatkan aku untuk menghajarnya nanti!

Pertanyaan macam apa itu?

Kupilih bungkam ketika Kak Sam masih menunggu jawaban setelah membantuku duduk di tepi ranjang. Tak lama kemudian, Kak Sam berkacak pinggang di hadapanku, seperti bersiap untuk marah.

Keningku berkerut. Meski dalam kondisi seperti ini, tentu aku menyadari bahwa aku demam. Tubuh yang panas dengan kepala pusing. Bahkan untuk berjalan saja, aku tidak kuat. Dan kuyakin wajahku juga pucat karena nasi tidak masuk sesuap pun ke dalam mulutku sejak kemarin.

Anehnya, kenapa Kak Sam tidak menyadarinya?

Baiklah, sepertinya aku harus menghapus pikiran itu jauh-jauh.

"Kenapa bisa ...," tanya Kak Sam yang terpotong oleh teriakan Kak Berlize memanggil kembarannya.

"Claudi, apa kau melihat ...."

"Apa?"

Kak Sam menyahut cepat ketika Kak Berlize sudah berdiri di ambang pintu kamarku.

"Ck, aku mencarimu dari tadi!"

Kuyakini Kak Berlize sedang jengkel pada kembarannya itu. Terlihat dari wajahnya yang masam. Tak lama kemudian, mata Kak Berlize melotot ke arahku.

"Claudi, wajahmu pucat sekali," ujar Kak Berlize seraya berjalan mendekatiku. Lalu dengan cepat keningku disentuh olehnya. "Panas ... kau sedang demam, Claudi."

Kulihat raut kekhawatiran di wajah Kak Berlize ketika mengatakan itu. Bibirku tertarik untuk tersenyum mendengarnya. "Aku tidak apa-apa, Kak."

"Hei, dia tersenyum saat mengatakannya? Sungguh konyol sekali! Jelas-jelas dia sedang demam, alias sakit! Masih menyangkalnya, huh?!"

Kak Sam memarahiku.

Tunggu! Dia sadar kalau aku demam?

"Sam! Jangan berisik!"

Broken Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang