42. Hari Ulang Tahun

951 83 4
                                    

"Berhenti mengganggu tidurku!"

Telapak kakiku terus digelitik oleh orang yang amat tak tahu waktu ini. Membuat tidurku terganggu lantaran rasa geli yang terus menyerang. Semakin lama semakin menjadi-jadi pula aksinya, membuatku semakin jengkel saja.

"Abang ... jangan menggangguku! Apa abang tidak punya kerjaan yang bisa dilakukan selain menggelitiki telapak kakiku itu?"

Aku bertanya dengan mata yang masih memejam.

"Dasar kebo. Ayo bangun," ujar Abang Rey seraya menggoyang-goyangkan badanku. Membuatku mau tak mau menuruti kemauannya itu daripada diganggu terus-menerus.

"Abang ... ini masih malam. Kenapa malah hobi sekali menggangguku? Dan ... kenapa masih bisa memasuki kamarku? Bukankah aku sudah mengganti kuncinya?"

Gumamanku terdengar tak jelas lantaran rasa kantuk yang masih menyerang, membuat Abang Rey segera menarik tanganku untuk segera duduk dari pembaringan.

"Happy birthday, My sweety."

Ucapan Abang Rey membuat nyawaku langsung terkumpul sempurna.

Kulirik handphone-ku yang menunjukkan pukul 00.01 dini hari. Lantas netra cokelat itu nampak sedang memperhatikan tingkahku. Menanti reaksiku yang pastinya sudah sangat terharu.

"Abang tahu tanggal ulang tahunku?"

Aku bertanya seraya menatapnya dengan rasa bahagia yang tak bisa kujelaskan lagi.

"Tentu saja."

Aku langsung memeluk Abang Rey setelah mendengar jawaban itu. Menyalurkan rasa gembira yang amat membuat hatiku berbunga-bunga.

"Terima kasih, Abang."

"Hahaha ... iya, Adek."

Setelah dirasa cukup acara ala-ala berpelukan rianya, lantas kami mulai mengurai dekapan penuh rasa kasih sayang itu. Dengan wajah yang celingak-celinguk, aku mencari sesuatu yang berbau kejutan ulang tahun.

Tapi sejauh ini, hasilnya masih nihil.

"Adek pasti mencari kue ataupun semacamnya. Benar, bukan?"

Abang Rey mengatakannya dengan mimik wajah yang menahan kegelian.

"Bukankah biasanya memang begitu?"

Pertanyaan Abang Rey kubalas dengan pertanyaan pula.

"Itu sudah terlalu biasa, tidak ada uniknya. Kue dan kadonya besok saja, ya? Tak apa, bukan?"

Abang Rey menuturkan kalimat tersebut dengan santainya padaku.

Ah, baiklah.

Sepertinya saudaraku yang ini begitu berbeda dari kebanyakan orang-orang.

"Baiklah. Aku juga tak terlalu menginginkan semua itu. Cukup kalian semua tetap berada di sampingku. Itu adalah kado terindah yang selalu ingin ada di setiap hari-hariku."

Perkataanku membuat senyum manis Abang Rey terukir lebar, membuatku ikut tersenyum melihatnya. Tanpa aba-aba, Abang Rey kembali membawaku ke dalam dekapan nyamannya.

"Baiklah, sudah waktunya tidur."

Aku hanya mengangguk dalam pagutan Abang Rey mendengar perkataannya. Sesekali kurasakan puncak kepalaku dikecup tipis oleh Abang Rey.

Setelah Abang Rey pergi keluar dari kamarku, aku langsung memilih kembali untuk tidur. Meskipun besok adalah hari libur namun tetap saja aku tidak ingin besok terlambat bangun.

Ingat?

Besok adalah hari istimewaku yang kelima belas.

"Hadiah apa yang adek inginkan dari abang?"

Broken Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang