"Ada apa, Claudi? Bukankah ini yang Claudi minta kemarin malam?"
Ayah bertanya dengan raut wajah bingung padaku. Aku menghela napas saat melihat Kak Sam menatapku meminta penjelasan.
Suasana di meja makan benar-benar membuatku bungkam. Kak Berlize menatapku dengan dahi berkerut tapi jangan lupakan tatapannya yang penuh intimidasi.
"Kenapa mereka juga ikut sarapan di sini, Ayah?!"
Suara Lissa memecah ketegangan pagi ini. Itulah permasalahannya. Memang benar aku meminta pada ayah untuk sarapan pagi bersama hari ini. Tapi, kenapa mereka juga ikut?
"Ah iya, Ayah. Aku ingin makan pagi bersama dengan yang lainnya besok."
Ayah mengulangi permintaanku kemarin malam yang membuatku menahan kekesalan pada diriku sendiri. Sepertinya aku perlu meralat ucapanku itu.
"Ayah ... aku memang mengatakan itu, tapi bukan berarti mereka juga ikut."
Ya, aku telah mengatakannya. Aku harap ayah mengerti.
"Jaga ucapanmu, Claudi!!"
Dan ... dugaanku salah. Ayah sama sekali tidak mengerti.
"Sudahlah, Mas. Tidak apa-apa. Mungkin Claudi ingin sarapan pagi bersama dengan keluarganya."
Wanita ini mengatakannya dengan tersenyum paksa. Aku tidak peduli!
"Tidak, Verty. Dia sudah keterlaluan."
Ayah menyalahkanku.
"Ayah ... aku juga menginginkan hal yang sama dengan Claudi."
Kak Berlize bersuara membuat ayah semakin marah.
"Berlize ... kamu itu sudah dewasa. Ayah harap kamu mengerti."
"Tidak akan pernah jika ayah masih mempertahankan mereka."
"Berlize!!"
Ayah membentak Kak Berlize. Kulihat Kak Berlize hanya diam menatap ayah, seperti sudah terbiasa. Omong-omong, memang benar! Bahkan Kak Berlize telah mendapatkan yang lebih parah dari ini. Kemudian, Kak Sam berdiri, meninggalkan kami yang masih berseteru di meja makan.
"Sam! Kembali kemari!!"
Kak Sam terus berjalan ke lantai atas tanpa bersusah payah menjawab panggilan ayah. Bahkan menengok saja pun tidak. Tak lama kemudian, Kak Berlize ikut berdiri sebelum mengatakan sesuatu yang sukses membuat ayah benar-benar naik pitam.
"Sebelum mereka pergi dari rumah ini ... aku tidak akan pernah sudi makan bersama seperti ini."
"Berlize!! Jaga ucapanmu!! Ingat! Mereka juga keluargamu ... apa ayah perlu mengatakannya tiap hari, huh?!"
Langkah kaki Kak Berlize terhenti setelah ayah meluapkan kemarahannya dengan bentakan yang nyaris memecah gendang telingaku.
"Aku tidak kenal dengan mereka, Ayah!"
Hanya itu yang menjadi jawaban Kak Berlize pada ayah.
"Ayah."
Suara Lissa membuat kami yang masih berada di meja makan menoleh padanya.
"Ya, Sayang?"
Ayah berusaha sebaik mungkin menjawab panggilan Lissa.
"Aku ingin makan..."
Belum sempat ayah menampilkan senyumannya, ucapan Lissa selanjutnya membuat ayah menatap Lissa marah.
"...tapi tidak dengan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart [Completed]
Teen Fiction"Bagiku, rumah adalah tempat terindah di bumi dan ayah adalah kebanggaan kami." Bahagia? Tentu saja! Namun... ...semuanya begitu sempurna sebelum bunda menghilang secara tiba-tiba. Semuanya akan baik-baik saja jikalau ayah pulang tanpa membawa mere...