11. Kak Sam

1.9K 147 1
                                    

"Kak ... aku ...."

Dddrrrttt dddrrrttt.

Dering handphone Kak Sam memotong ucapanku. Kak Sam mengangkat panggilannya setelah melihat wajah datarku. Bagaimana tidak? Tujuanku dari awal datang menemui Kak Sam hanya meminta bantuannya untuk mengantarkanku pergi ke sekolah. Dan sampai saat ini belum sempat kuajukan. Membuatku jengkel setengah mati. Aku sudah lelah berdebat dengannya. Dan sekarang handphone itu malah menggangguku.

Apa handphone itu tidak mengerti perasaanku?

"Baiklah, Pak. Kami akan segera datang."

Kira-kira siapa yang menghubungi Kak Sam?

Setelah Kak Sam menutup pembicaraannya, dia meletakkan handphone itu di atas meja, lalu beralih kembali mendekatiku yang enggan beranjak di depan kamarnya.

Dikarenakan tingkat keingintahuanku mendadak menjadi tinggi, mulutku langsung melontarkan pertanyaan yang sedari tadi hanya bersemayam dalam benakku.

"Siapa yang tadi menghubungi kakak?"

Dahi Kak Sam mengerut menatapku. Terheran-heran. Memangnya ada yang aneh dari pertanyaanku?

"Sejak kapan seorang Claudi mendadak kepo?"

Dia bersedekap dada seraya menanyakan hal yang sangat tidak penting itu. Refleks, aku kembali memutar kedua bola mataku melihat reaksinya yang berlebihan.

"Kak ... aku sedang tidak ingin bercanda," balasku dengan wajah datar.

"Benarkah?"

Kak Sam memiringkan kepalanya sembari bertanya. Seolah-olah jawabanku itu adalah sebuah kebohongan belaka.

Aku hanya diam menatap tingkahnya. Wajah datar, kesal, dan masam yang aku campur adukkan menjadi jawaban atas pertanyaan yang tidak bermutu itu.

"Mmm, baiklah. Satu kata satu permintaan. Bagaimana?"

Kak Sam kembali bertanya dengan menaik turunkan alisnya. Apa maksudnya? Dia mempermainkanku? Ini gila! Aku hanya bertanya sedangkan ... dia?

"Sudah kubilang aku tidak ingin bercanda, Kak!"

Bentakanku membuat Kak Sam berjengit kaget. Apa suaraku terlalu keras atau memang Kak Sam saja yang berlebihan? Mengelus dada berharap emosiku segera mereda, itu yang kulakukan setelah membentak Kak Sam.

Membentak Kak Sam?

Jika Kak Berlize tahu, mungkin aku akan diberi hadiah olehnya. Mengingat selama ini, aku tidak berani membentak adik kembarnya. Tapi untuk satu hal, aku tidak berharap Kak Berlize mengetahui hal ini. Karena apa? Hadiah yang Kak Berlize maksud itu adalah hadiah terburuk menurutku. Bayangkan saja! Siapa yang akan berpikiran bahwa mengadukan pada ayah dan bunda adalah sebuah hadiah?

Ya, dia membela Kak Sam.

"Kau mirip seperti bunda tadi," komentarnya seraya melangkah mundur ke belakang.

Eh? Dia takut padaku?

"Kakak takut padaku?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Kak Sam menghentikan langkahnya. Wajahnya terkejut.

"Ti-tidak."

Dia menjawabnya terbata-bata, membuatku menjadi mengulum senyum. Ternyata aku bisa juga membuat seorang Samlize Ferri Pregino ketakutan, mengingat modalnya hanya sebuah bentakan.

"Kau pikir aku akan takut hanya dengan bentakan murahan itu? Terlebih anak kecil sepertimu?"

Kak Sam mengelak. Membuatku terkikik dalam hati. Dia sungguh percaya diri sekali.

Broken Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang