8. Dani Sialan

795 74 11
                                    

Jagalah rahasia jika ingin dipercayai. Jangan lancang menceritakan masalah hidup orang lain. Walaupun kamu tahu sendiri dan menyaksikan semuanya.

-MIVI-

Via melangkah dengan cepat menjauhi kerumunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Via melangkah dengan cepat menjauhi kerumunan. Dia sudah tidak peduli lagi dengan apapun. Hatinya terasa nyeri saat Gladis dengan sengaja menyindirnya. Kalimat itu rasanya seperti pedang yang langsung menusuk tepat mengenai ulu hatinya.

"Vi?!"

Kepalanya menoleh sekilas namun kakinya masih tetap melangkah cepat. Dia tahu kalau Dani sedari tadi mengejarnya. Laki-laki itu tahu semua hal tentang dirinya. Dani tahu kesusahan yang dialaminya dari kecil hingga Rose mengadopsinya. Via tidak mau menuduh laki-laki itu yang telah memberitahu Gladis.

"Vi, berhenti dulu! Lo mau kemana?" Dani mencekal lengan Via dan mengatur napasnya.

Via masih diam tidak membalikkan badan. Bukannya dia tidak terima jika masa lalunya kembali diungkit. Hanya saja kisah itu terlalu pahit untuk diingat dan diceritakan. Apalagi dengan orang asing yang baru beberapa jam dia kenal. Matanya sudah berkaca-kaca, mungkin juga ini efek dari tamu bulanannya.

"Gue antar lo pulang."

Dani menggandeng tangan Via menuju mobilnya. Dia tidak memikirkan bagaimana nanti Gladis akan pulang. Rasanya kesal saat perempuan itu menyindir Via, dia tidak terima. Mulut Gladis sangat tajam, dia bahkan bisa menyakiti hati Via yang notabenenya adalah perempuan acuh akan keadaan.

Via tidak mengikuti langkah Dani. Dia diam di tempat sampai laki-laki itu menoleh ke belakang dan menatapnya meminta penjelasan.

"Gue enggak mau nuduh lo, tapi gimana bisa Gladis ngomong gitu? Seakan-akan dia udah tau semuanya." Via menatap Dani tepat di manik matanya. Dia bermaksud mencari jawaban dari pertanyaannya.

Dani diam tidak dapat membalas pertanyaan Via. Dia bingung harus menjawab apa. Tangannya yang semula masih menggandeng Via terlepas begitu saja. Matanya tidak berani menatap langsung pada mata perempuan itu. Ini memang kesalahannya, dia terlalu lemah untuk urusan perempuan. Hatinya terlalu lembut untuk berbicara kasar.

"Gue tanya lo, Dan! Gue mau lo jawab jujur!" bentak Via tidak sabar.

Via melihat laki-laki itu tampak gusar. Dia mengusap rambutnya kasar dan mencoba menatap balik Via.

Sudah dapat Via duga, dia sudah mendapatkan jawabannya. Bibirnya tertarik membentuk senyum miring. Tangannya menyilang di atas dada dan menatap Dani yang tidak kunjung menjawab. Tanpa laki-laki itu jawab pun Via sudah tahu.

"Gue enggak tau kenapa lo bisa ngomongin hal pribadi temen lo ke orang asing. Gue tau lo sama Gladis belum lama kenal."

"Jangan jadi cowok lemah, lemah dalam arti terlalu nurut sama cewek. Lo harus tau kalau itu bisa aja dimanfaatkan cewek garangan kayak Gladis."

M I V I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang