Pastikan untuk dapat membedakan mana profesional dan mana yang tidak profesional.
-MIVI-
Gladis memasuki ruang pemotretan setelah sebelumnya mengganti pakaiannya. Dengan elegan dia berjalan ke arah fotografer yang sudah menunggunya. Tadi dia datang diantara oleh Dani. Mereka sekarang cukup dekat tapi tidak ada perasaan khusus. Dia juga hanya memanfaatkan laki-laki itu untuk sekedar jadi informannya.
Suasana hatinya cukup baik hingga sedari tadi muncul senyuman kecil di wajahnya. Setelah beberapa kali membuat Mika cemburu karena dia sering pergi bersama Dani. Salahkan sepupu Mike itu yang terlalu ikut campur dalam masalahnya. Dia juga berhasil mengetahui seluk-beluk Via berkat Dani yang gampangan mengumbar cerita.
Laki-laki itu terlalu lembut dan tidak tegaan. Jadi laki-laki kok kurang tegas dan Mika menyukainya? Selera yang buruk sekali.
Tinggal tunggu waktu mainnya saja dan bom waktu itu akan segera meledak. Untuk saat ini mungkin dia akan diam saja, cukup melihat dari jauh. Tidak tahu kalau besok, pikiran dan perasaan manusia itu susah ditebak.
"Lagi seneng kamu?"
Gladis diam. Suara itu tiba-tiba saja membuat suasana hatinya menjadi buruk. Gara-gara laki-laki itu semuanya jadi kacau. Gara-gara dia pula hubungannya dengan Mike yang terjalin beberapa tahun lalu menjadi kandas. Sejak saat itu dia hilang kontak dengan Mike. Akun media sosialnya diblokir hingga Gladis harus rela bersusah payah untuk membuat akun kembali. Tentu saja agar bisa memantau Mike. Berkat orangtuannya yang ternyata adalah sahabat orangtua Mike, mereka akhirnya dijodohkan.
"Langsung aja, enggak usah banyak omong." Gladis memposisikan diri di depan kamera mengabaikan tatapan tidak suka yang laki-laki itu layangkan untuknya.
"Kamu lupa siapa yang udah bikin kamu seperti ini, hem? Atau perlu kuingatkan lagi?"
Gladis mendengus dan menyilangkan tangannya di depan dada. Dia jengah sekali selalu mendengar perkataan itu. Lagi-lagi kalau dirinya membangkang atau seperti tadi, melawan perkataannya pasti kalimat itu akan terdengar.
"Aku enggak lupa, Om. Asal Om tahu, aku bisa gini juga karena perjuangan aku sendiri. Om itu cuma foto-foto aku doang. Iya, sih yang promosiin aku Om. Kalau gitu aku bilang, makasih Om!"
"Om Bagas juga jangan lupa sama keluarga di rumah atau Om mau aku aduin sama Papa?! Biar Papa tahu gimana ulah bejat temannya selama ini. Katanya mau bantuin kok malah nyeleweng."
Bagas menurunkan kameranya dan menatap Gladis tidak percaya. Selama ini perempuan itu selalu menuruti perkataannya. Tidak satu kali pun dia berani berkata seperti tadi. Rupanya dia sudah mulai berani.
"Kalau Om berani deketin aku lagi, jangan kaget kalau Papa bisa tahu dan jangan lupakan istri sama anak Om!" Gladis berkata saat tahu Bagas akan melangkah mendekatinya. Tangannya sudah dia angkat dan mengisyaratkan untuk diam di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I V I
Teen FictionDON'T COPY MY STORY "Kok lo udah kayak orang cemburu aja. Jangan-jangan lo ada rasa sama gue? Kalau iya, langsung belok kanan aja!" kata Mike sedikit keras. Dahi Via mengernyit bingung, "Belok kanan? Kemana?" "Ke KUA dong. Kalau belok kiri lurus wae...