39. Menolak Garis Keras

485 64 6
                                    

Bacalah sikon dan kondisi sebelum memulai sesuatu.

-MIVI-

Pascaduka lima hari yang lalu, keluarga Mike dan Mika masih menetap di rumah duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pascaduka lima hari yang lalu, keluarga Mike dan Mika masih menetap di rumah duka. Begitupun dengan keluarga Gladis. Mike tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin menolak tetapi sebelum berkata sudah mendapat tatapan tajam dari Wawan. Ingin langsung bersuara tetapi dia merasa tidak enak hati pada orangtua Gladis.

Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Mendadak pembicaraan berubah serius saat beberapa menit lalu masih membicarakan tentang dunia perkuliahan dan kerja ataupun kegiatan sehari-hari.

Wawan mengubah topik menjadi mengarah ke rencana mereka. Apalagi kalau bukan perjodohan Mike dan Gladis. Tentu saja itu menuai pro dan kontra. Sudah seperti kasus RUU saja, ada pro dan ada kontra.

Mike merasa kesal saat hal itu mulai dibahas. Berbanding terbalik dengan Gladis yang terlihat kegirangan. Dia ingin segera memperjelas keadaan, seakan menuntut untuk segera meresmikan hubungan. Seperti adanya pertunangan.

"Ada baiknya kalau dipertegas sesegera mungkin. Apalagi mereka juga sebentar lagi mau lulus kuliah," usul Tito--Papa Gladis.

"Saya juga setuju seperti itu. Lagian mereka juga sudah kenal lama. Saya dengar Gladis itu juga dulu pernah berpacaran dengan Mike." Wawan terkekeh diakhiri kalimat.

Apanya yang lucu coba? Tidak ada sama sekali. Bagi Mike dan Mika ini sungguh pembahasan yang sangat memuakkan. Lihat saja wajah Gladis yang tidak merasa bersalah sama sekali setelah perbuatannya beberapa tahun lalu. Walaupun itu sudah berlalu tetapi masih tetap saja membekas di hati Mike.

"Apa Papa enggak mau tahu kenapa dulu aku putus sama dia?" tanya Mike mencondongkan tubuh ke depan dengan tangan yang saling bertautan.

Gladis menatap terkejut Mike yang dengan santainya bertanya begitu. Dia sudah ketar-ketir di tempat. Jangan sampai laki-laki itu membeberkan semuanya. Padahal itu belum tentu benar adanya. Di tambah saat ini ada orangtuannya.

"Itu urusan kalian dan buat apa Papa tahu? Privasi kalian itu hak kalian, lagian Papa percaya sama kalian."

Mike berdecak penuh rasa tidak percaya. Sebegitu entengnya Wawan berbicara. Di seberangnya, dia menangkap Gladis yang sedang menghembuskan napas lega.

"Bagaimana kalau diadakan pertunangan saja?" Lina membuka suara yang sejak tadi hanya diam menyimak.

"Itu ide bagus."

Dua laki-laki dewasa itu tersenyum lebar. Ratna memilih untuk tidak ikut dalam pembahasan. Sama halnya dengan keluarga Mika. Mereka hanya menjadi saksi saja dan tim hore.

Ratna berkali-kali mengelus punggung Mike yang sudah dilanda emosi. Mereka seakan tidak merasa berduka sama sekali setelah kepergian sang Nenek.

"Bagaimana? Semua setuju, kan? Gladis?"

M I V I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang